Postingan

Menampilkan postingan dengan label Pertanian

Asuransi Pertanian, Saatnya Melindungi Petani (Jawa Pos Radar Jember, 21 Maret 2016, Hlm. 8)

Gambar
“.......I think one of the solutions for such situations is the takaful idea to overcome time of hardship together through contributions from the whole community to cover those who are less fortunate….”. – Issam Al-Tawari (2012) Demikian sebagian komentar Brother Issam, begitu saya memanggilnya, seorang alumnus Durham University yang selama 10 tahun menjabat sebagai chief executive officer (CEO) sebuah perusahaan investasi keuangan dan chairman sebuah bank investasi di Kuwait. Melalui surat elektronik, saat itu saya menceritakan tentang petani cabai di Indonesia yang mengalami gagal panen karena terendam air akibat curah hujan yang tinggi. Pada surat tersebut, saya ceritakan pula tentang petani cabai di Jember yang meminta penundaan pelunasan utang kepada bank lantaran lahan yang gagal panen menggunakan kredit bank. Saya menyampaikan kepada Brother Issam bahwa keuangan mikro syariah seharusnya hadir membantu para petani tersebut. Ya, takaful (asuransi) mikro untuk pertania...

BELAJAR KAKAO DARI BLITAR: APA KABAR PENGGIAT KAKAO JEMBER? (Radar Jember, Perspektif, 12 November 2012)

Gambar
Oleh: Khairunnisa Musari* Akhir pekan lalu, saya kedatangan tamu istimewa. Ketika Simposium Kakao Nasional di Padang selama lima hari tengah berlangsung, saya memperoleh kabar bahwa Ketua Asosiasi Petani Kakao Indonesia (APKAI) Pusat ingin berkunjung ke Lumajang untuk menemui saya. Wah, kabar ini tentu mengejutkan. Selain karena saya memang tidak mengenal sosok sang ketua, saya juga tidak tahu apa yang beliau ingin sampaikan hingga jauh-jauh dari Padang mengupayakan mampir ke Lumajang untuk menemui saya. Sesuai waktu yang disepakati, akhirnya saya bertemu Ketua APKAI. Setelah berkenalan, saya langsung menanyakan mengapa Pak Arif Zamroni, namanya, tiba-tiba ingin menemui saya. Akhirnya berceritalah beliau. Semua bermula dari seorang sahabatnya yang mengalami kebangkrutan. Namun, berkat pohon kakao yang saat itu tumbuh liar di halaman rumahnya, sahabat Pak Arif secara bertahap dapat memulihkan perekonomian keluarga. Bahkan, sang sahabat, kini telah dapat menjadikan pohon kak...

BERPIHAKLAH PADA SEKTOR PERTANIAN! (Radar Jember, 30 Juli 2012, Hlm. 29)

Gambar
  Oleh: Khairunnisa Musari* Sepekan terakhir ini terdapat dua persoalan di sektor pertanian yang menjadi berita panas. Pertama, melonjaknya harga kedelai impor yang berujung pada aksi mogok produksi massal yang dimotori para perajin tahu tempe di ibukota selama tiga hari. Kedua, gagal panennya petani tembakau dan cabai di Jember Selatan karena banjir. Yang mengenaskan, gagal panen ini ternyata menggunakan dana pinjaman perbankan sekitar Rp 70-90 juta untuk membiayai penanamannya. Dalam kasus pertama, jika kita kilas balik ke belakang, ketergantungan terhadap impor kedelai terkait langsung dengan krisis ekonomi 1997/1998 yang berujung pada penandatanganan letter of intent (LoI) antara International Monetary Fund (IMF) dan pemerintah Indonesia. Saat itu, kesepakatan tersebut menyatakan secara eksplisit bahwa pemerintah harus mengurangi dan meniadakan proteksi terhadap sektor pertanian. Dalam jangka pendek, kebijakan tersebut menguntungkan konsumen karena harga komod...

RUMAH TANI, RUMAH KITA, ADA DI SINI (Radar Jember, Perspektif, 7 Agustus 2010)

Gambar
Oleh: Khairunnisa Musari Haruskah kita beranjak ke kota Yang penuh dengan tanya Lebih baik disini, rumah kita sendiri Segala nikmat dan anugerah yang kuasa Semuanya ada disini Rumah kita Ada di sini Itulah sepenggal lagu Rumah Kita yang pernah dinyanyikan God Bless. Lagu ini tiba-tiba saja terngiang di kepala saya ketika mengikuti Forum Diskusi dengan stakeholder pertanian Kabupaten Jember pada hari Rabu lalu. Seperti yang diulas RJ kemarin selama 2 hari berturut-turut, wacana pembentukan Sub Terminal Agribisnis (STA) disambut hangat oleh para stakeholder pertanian. Hadirnya Pasar Induk Agrisbisnis Puspa Agro di Sidoarjo, ditambah lagi testimoni sejumlah petani yang telah merasakan manfaat di dalamnya, semakin menguatkan keinginan para peserta forum untuk mewujudkan gagasan Komisi B DRPD untuk mendirikan STA di Kabupaten Jember. Secara pribadi, saya mengapresiasi gagasan ini. Setidaknya ada 5 alasan utama. Pertama, potensi alamiah Kabupaten Jember memang didominasi oleh sektor perta...

EKONOMI MADANI (Radar Jember, Perspektif, 27 Februari 2010, Hlm. 1)

Oleh: Khairunnisa Musari Akhir pekan ini, geliat sektor riil diramaikan oleh peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Banyak cara dari masyarakat kita dalam memperingatinya. Anak sekolah selevel playgroup dan TK biasanya disuruh membawa keranjang berisi kue atau buah. Anak sekolah tingkat SD, SMP atau SMU biasanya menggelar pengajian. Begitu pula dengan lingkungan kampung. Sedangkan di ibukota kabupaten biasanya digelar tabligh akbar. Uniknya, yang lazim terjadi di sejumlah daerah di Lumajang, Jember, dan Bondowoso adalah budaya menghantar makanan ke mesjid/mushola/langgar. Ada juga yang hantar-menghantar makanan antar tetangga. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kegiatan masyarakat dalam memperingati Maulid Nabi ini sedikit memicu meningkatnya harga kebutuhan bahan pokok. Meski tidak setajam ketika Ramadhan, namun lonjakan ini mempengaruhi inflasi pada bahan makanan. Yang paling kentara terlihat adalah harga cabai yang menyentuh angka Rp 25.000-30.000 per kg. Fenomena ini menarik untuk disi...

MEMBIAYAI SEKTOR PERTANIAN (Radar Jember, Perspektif, 20 Februari 2010, Hlm. 1)

Oleh: Khairunnisa Musari Dalam Annual Banker's Dinner di Kantor Bank Indonesia (KBI) Jember setahun lalu kala mendampingi Direktur Indef yang diundang menjadi pembicara, saya mendapati kinerja intermediasi perbankan di wilayah kerja KBI Jember yang menarik untuk disimak. Tercatat rata-rata pertumbuhan kredit, loan to deposit ratio (LDR), dan non performing loan (NPL) perbankan di wilayah KBI yang menaungi Jember, Bondowoso, Situbondo dan Banyuwangi pada 2008 masing-masing sebesar 20,18% (yoy), 94,57%, dan 4,18%. NPL mengalami penurunan minus 32,03% (yoy). Data ini menunjukkan, dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perbankan di wilayah kerja ini hampir sepenuhnya dikembalikan pada masyarakat melalui penyaluran kredit dan diimbangi dengan kualitas kredit yang membaik. Capaian ini juga menunjukkan kinerja intermediasi yang melampaui kinerja Jatim dan nasional. Berikutnya, dari total kredit yang diberikan, porsi terbesar menurut sektor ekonomi tersalurkan pada Sektor Perdag...

PEMBANGUNAN EKONOMI YANG HUMANIS (RADAR JEMBER, PERSPEKTIF, 13 FEBRUARI 2010, HLM. 1)

Oleh: Khairunnisa Musari (Mahasiswa Program Doktoral Unair dan Peneliti Islamic Financial Development Institute) Masih ingat Muntik? Saya akan ingatkan. Pada akhir Oktober 2009 lalu, seorang tenaga kerja Indonesia (TKI) meninggal dunia di Rumah Sakit (RS) Tengku Ampuan Rahimah, Malaysia. TKI tersebut meninggal setelah 6 hari dirawat akibat tindak kekerasan oleh majikan. Dialah Muntik binti Hani. Dengan majikan sebelumnya, Muntik pun mengalami kekerasan, baik fisik maupun nonfisik. Selama 5 tahun, Muntik “hanya” bisa mengirim uang Rp 27 juta karena gajinya tidak dibayar. Muntik mengeluh tidak tahu harus berbuat apa. Hingga akhirnya, penyiksaan yang berlanjut oleh majikan kedua berujung dengan kematian. Muntik adalah salah satu warga Dusun Pondok Jeruk Barat. Dusun Pondok Jeruk Barat, Desa Wringin Agung, Kecamatan Jombang pun mendadak terkenal. Meski banyak yang salah kaprah mengira dusun ini berada di Kabupaten Jombang, namun sesungguhnya dusun kecil ini berada di Kabupaten Jember dan d...

MENUJU REVITALISASI PERTANIAN ORGANIK (RADAR JEMBER, 28 FEBRUARI 2009)

Oleh: Naurah Najwa Hairrudin* Dalam sebuah kuliah umum di Universitas Jember beberapa waktu lalu, Sri Sultan Hamengku Buwono X memberi paparan berjudul “Pembangunan Pertanian Berbasis Kearifan Lokal Untuk Menghadapi Pasar Global Demi Kemakmuran Rakyat”. Dikatakannya, salah satu cara untuk mengatasi kondisi pertanian Indonesia yang kini terpuruk adalah dengan kembali kepada Sistem Pertanian Organik (SPO) yang ditunjang dengan kearifan lokal. Sri Sultan mengungkap, masyarakat Indonesia sejak dahulu telah mempraktekkan SPO yang didukung dengan kearifan lokal. Namun, dalam perjalanannya, kearifan lokal tadi diabaikan. Bahkan dianggap tidak sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Padahal, SPO sesungguhnya tidaklah demikian. SPO sejatinya adalah pertanian yang berangkat dari paradigma holistik dalam memandang alam semesta. Dengan cara pandang ini, manusia sebagai bagian dari alam semesta dituntut untuk mewujudkan tujuan terbesar dari kegiatan pertanian, yaitu untuk keb...