Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Menuju Ekonomi Halal (Jawa Pos Radar Jember, Perspektif, 8 Desember 2018, Hlm. 21 & 27)

Gambar
Oleh: Khairunnisa Musari* “Mas Agusta ada kelas hari Jum’at kan… Duet ya dengan dosen dari Jakarta. Tentang industri halal. Dosen dari Jakarta mengisi agenda pemerintah tentang roadmap industri halal oleh KNKS, otoritas, dll. Mas Agusta mengisi materi dari sisi pelaku usaha… Mau ya… Halal untuk UMKM?... Supply Chain untuk UMKM?... Iya, boleh… Ketemu besok ya…” Demikian sebagian obrolan saya dengan Ketua Badan Pengurus Cabang (BPC) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jember yang saya minta untuk mengisi kuliah tamu. Kami sepakat menggabungkan kelas Kewirausahaan yang diajarnya dengan kelas Manajemen Operasi yang saya ajar dalam bentuk kuliah tamu.   Adapun dosen dari Jakarta yang saya minta untuk mendampingi Mas Agusta adalah Pak Huda, demikian saya memanggilnya, akademisi yang juga menjadi Pengurus Pusat (PP) Masyarakat Ekonomi Syariah dan merupakan salah satu Ketua Harian Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) yang kebetulan memiliki agenda kunjungan ke Jember

Geliat RS (Bersertifikat) Syariah (Jawa Pos Radar Jember, Perspektif, 2 November 2018. Hlm. 21 & 27)

Gambar
Oleh: Khairunnisa Musari* “Maaf, mau tanya. Apa benar bangunan besar warna putih menyerupai Masjid di JLT itu nantinya untuk Rumah Sakit (Bersalin) Syariah? Mau saya buat bahan tulisan…” Sebuah pertanyaan diajukan saya pada grup WhatsApp (WA) berusia satu pekan yang tengah menginisiasi pembentukan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Lumajang. Meski pertanyaan diajukan terbuka kepada semua anggota grup, namun pertanyaan tersebut sejatinya saya tujukan kepada seseorang yang kabarnya menjadi pemilik bangunan tersebut. Ternyata benar. Tak lama berselang, beliau pun merespon, “Rencana untuk Rumah Sakit Umum… Konsep Rumah Sakit Wisata dan Syar’i…”.             Ya, saya yang hampir setiap hari pulang pergi (PP) melalui Jalur Lintas Timur (JLT), selalu melewati bangunan putih megah itu. Sejumlah versi tentang bangunan tersebut yang membuat saya memberanikan bertanya. Betapa tidak, bangunan bak Masjid itu memiliki kubah menyerupai Pantheon Paris dan menara menyerupai Big Ben Londo

Resiliensi Ekonomi terhadap Bencana, Sudahkah? (Jawa Pos Radar Jember, Perspektif, 19 Oktober 2018, Hlm. 21 & 31)

Gambar
Oleh: Khairunnisa Musari* Dear Friend Khairunnisa Hope all of you are safe with the grace of Almighty Allah. We are praying for everyone's safety and May Almighty Allah grant peace of mind to all of you. Azhar from Sri Lanka Sebuah pesan masuk via sosial media Linkedin usai gempa di Situbondo dari seorang brother di Asia Selatan. Selang beberapa jam, saya kemudian membalas pesan tersebut untuk mengucapkan terima kasih atas perhatiannya. Saya menduga, ia menemukan informasi bahwa Situbondo berada di Provinsi Jawa Timur sehingga ia langsung mengirimkan pesan empati tersebut untuk saya yang berdomisili di provinsi yang sama. Ya, belakangan Indonesia mengalami gempa berturut-turut. Hal ini menjadi pemberitaan global. Sejumlah lembaga kemanusiaan internasional ikut berpartisipasi membuka donasi untuk membantu Lombok serta Palu dan Donggala. Terakhir, gempa Situbondo. Meskipun tidak berpotensi tsunami, gempa Situbondo terjadi dalam skala yang cukup besar hingga bis

Menyambut BUMDes Center dan Bank Wakaf Mikro (Jawa Pos Radar Jember, Perspektif, 14 September 2018, hlm. 21 & 31)

Gambar
“Bu Nisa, Pak Wimboh sedang ada kegiatan di Jember. Senin malam, beliau ingin bertemu dengan para ulama, kyai, tokoh masyarakat, juga akademisi ekonomi syariah. Kita ngundang mungkin sekitar 13 orang saja. Yang mewakili akademisi, Bu Nisa sama Pak Rozi dari Unej ya….” Selang sepekan kelahiran Baby N6, tiba-tiba saya mendapat kabar bahwa Ketua Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan kunjungan dua hari ke Bondowoso dan Jember. Di sela-sela kunjungan tersebut, beliau ingin bersilaturahim dengan stakeholder ekonomi syariah. Mendapat undangan, tentu saja merupakan kesempatan yang sulit saya lewatkan meski saat itu masih masa pemulihan pasca operasi persalinan. Antusiasme itupun terjawab. Dalam silaturahim berbentuk makan malam, panitia menyiapkan meja persegi panjang dengan para petinggi OJK Pusat dan jajarannya yang saling berhadapan dengan 13 undangan. Pucuk dicinta ulam tiba, saya duduk tepat berhadapan dengan Pak Wimboh. Gayung bersambut, agenda utama yang belia

From Jember to Mecca (Jawa Pos Radar Jember, Perspektif, 17 Agustus 2018, Hlm. 21 & 27)

Gambar
Oleh: Khairunnisa Musari “Jadi Mbaknya ini belum pernah ke luar negeri? Kalau saya sih sudah pernah ke Singapura, Hongkong, dan Malaysia. Bahkan saya sudah beberapa kali mengajak saudara dari Jember untuk kerja di Malaysia…” Tiba-tiba saya teringat kembali percakapan dengan seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ketika bertemu di Kantor Imigrasi Jember sekitar 10-11 tahun lalu. Saat itu, untuk pertama kalinya saya membuat paspor. Wajah saya yang tampak kebingungan mungkin mengundang perhatiannya untuk menyapa. Jika ingat pertemuan itu, saya agak geli karena terkenang ekspresinya. Saya menangkap rasa ‘ibanya’ kepada saya yang belum pernah bepergian ke luar negeri. Pada tahun-tahun tersebut, dari sebuah diskusi publik yang pernah diselenggarakan oleh Universitas Jember, Dewan Pimpinan Wilayah Serikat Buruh Migran Indonesia (DPW-SBMI) Provinsi Jawa Timur membuka fakta tingginya keinginan warga Jember bekerja di luar negeri . Rata-rata setiap tahun ada 240 orang warga Jember