Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2010

MAQASID SYARI’AH (Radar Jember, Perspektif, 22 Mei 2010, Hlm. 33)

Oleh: Khairunnisa Musari Beberapa hari lalu, keluarga besar saya kedatangan tamu dari Sukabumi. Beliau adalah guru ngaji saya waktu kecil dulu di Bontang. Sebut saja namanya Pak Sophian. Pak Sophian menginap di rumah hampir sepekan. Dalam suatu kesempatan, beliau mengatakan bahwa Lumajang sangat sejahtera. Lalu, saya bertanya, “Kok bisa bilang begitu, Pak?” Jawabnya, “Mesjidnya bagus-bagus. Gak ada yang gak bagus. Musholanya juga.” Perbincangan sesaat tersebut cukup lama terekam dalam benak saya. Saya cukup bisa memahami cara berpikir Pak Sophian meski bagi sejumlah pihak mungkin pandangan beliau tak lazim. Tapi mengingat latar belakang beliau sebagai guru mengaji di Mesjid Al-Kautsar, mesjid terbesar di Komplek PT Badak Bontang, wajar saja beliau menjadikan mesjid sebagai indikator kesejahteraan masyarakat. Secara terminologi, ‘sejahtera’ memang memiliki banyak definisi. Indikatornya pun beragam. Sangat bergantung pada siapa yang menyatakan. Bagi seorang guru agama seperti Pak Sophian

PARIWISATA (Radar Jember, Perspektif, 15 Mei 2010, Hlm. 33)

Gambar
Oleh: Khairunnisa Musari Libur t’lah tiba... Libur t’lah tiba... Hore... Hore... Hore... Simpanlah tas dan bukumu Lupakan kekesalanmu Hatiku gembira... Begitulah mantan penyanyi cilik Tasya berdendang menyambut hari libur. Meski anak sekolah belum secara formal memasuki liburan panjang, tetapi suasana akhir pekan ini bak hari libur. Maklum, hari Kamis kemarin pas tanggal merah dan hari Jumat menjadi hari ‘kejepit’. Jika sudah begini, banyak orang yang akan memanfaatkannya untuk bepergian. Lihat saja di bandara atau stasiun, antrian tiket berjubel. Banyak yang kehabisan. Armada pun ditambah. Hal yang sama akan terjadi kembali 2 pekan depan yang hari Jumatnya bertepatan dengan hari libur. Dalam situasi semi liburan seperti akhir pekan ini, peak season pada berbagai sarana transportasi publik lumrah terjadi. Sebagian masyarakat memanfaatkannya untuk bepergian ke daerah mengunjungi sanak saudara atau berwisata. Dapat dipastikan kebanyakan tempat wisata akan ramai pengunjung. Bagaim

TEBU & GULA (Radar Jember, Perspektif, 8 Mei 2010, Hlm. 33)

Oleh: Khairunnisa Musari Katanya, tebu manis rasanyaa… Kucoba tanam di pinggir hati... Sayang sungguh sayanggg… Tebu berduri menusuk hati… Syair lagu yang dinyanyikan almarhum Meggy Z adalah sebuah kiasan. Namun syair tersebut bak kenyataan sekaligus membantah pepatah ‘ada gula ada semut’. Banyak yang mengira, hidup petani tebu semanis rasa gula. Banyak yang mengira ketika harga gula melambung, maka petani menjadi lebih sejahtera. Realitas menunjukkan tidak sedikit petani yang mengeluh bahwa tingginya harga gula di pasaran justru menyakitkan. Di Lumajang, Jember, dan Bondowoso, pasti tidak sulit menemukan petani tebu. Petani tebu di wilayah ini menyebar di hampir semua kecamatan. Ya, tiga kabupaten ini masing-masing memiliki Pabrik Gula (PG) yang menjadi penampung tebu-tebu petani. Di Lumajang, ada PG Jatiroto. Di Jember, ada PG Semboro. Di Bondowoso, ada PG Pradjekan. Lantaran kehadiran PG ini pulalah yang kadang-kadang menyebabkan kecamatan tempat beradanya PG tersebut menjadi jauh

SAMPAH (Radar Jember, Perspektif, 1 Mei 2010, Hlm. 1)

Oleh: Khairunnisa Musari Sampah adalah salah satu masalah perkotaan yang sampai saat ini menjadi persoalan. Fenomena yang ada menunjukkan meningkatnya volume sampah kerap tidak dapat diimbangi oleh kemampuan penanganan. Semakin besar kota, maka semakin besar pula timbulan sampahnya. Sebuah tesis pada 8 kota di Provinsi Jawa Timur menunjukkan bahwa timbulan sampah berpengaruh positif dan signifikan terhadap alokasi pengeluaran pemerintah daerah (Pemda). Semakin besar timbulan sampah yang dihasilkan daerah perkotaan, maka alokasi dan pengeluaran anggaran pemerintah kota (Pemkot) makin besar pula untuk mengolah timbulan sampah. Namun demikian, tesis lebih lanjut menunjukkan bahwa alokasi dana yang besar untuk pengelolaan sampah tidak serta merta relevan dengan tingkat keberhasilan di lapangan. Faktor lain yang lebih mempengaruhinya adalah pola hidup dan budaya hidup dari manusia. Di Jember, masalah pola hidup dan budaya hidup sangat kental sebagai penyebab rendahnya keberhasilan manajemen