SAMPAH (Radar Jember, Perspektif, 1 Mei 2010, Hlm. 1)

Oleh: Khairunnisa Musari

Sampah adalah salah satu masalah perkotaan yang sampai saat ini menjadi persoalan. Fenomena yang ada menunjukkan meningkatnya volume sampah kerap tidak dapat diimbangi oleh kemampuan penanganan. Semakin besar kota, maka semakin besar pula timbulan sampahnya.

Sebuah tesis pada 8 kota di Provinsi Jawa Timur menunjukkan bahwa timbulan sampah berpengaruh positif dan signifikan terhadap alokasi pengeluaran pemerintah daerah (Pemda). Semakin besar timbulan sampah yang dihasilkan daerah perkotaan, maka alokasi dan pengeluaran anggaran pemerintah kota (Pemkot) makin besar pula untuk mengolah timbulan sampah.

Namun demikian, tesis lebih lanjut menunjukkan bahwa alokasi dana yang besar untuk pengelolaan sampah tidak serta merta relevan dengan tingkat keberhasilan di lapangan. Faktor lain yang lebih mempengaruhinya adalah pola hidup dan budaya hidup dari manusia.

Di Jember, masalah pola hidup dan budaya hidup sangat kental sebagai penyebab rendahnya keberhasilan manajemen sampah perkotaan. Sebagian warga perkotaan jelas-jelas memiliki perilaku membuang sampah tidak pada tempatnya. Coba dech perhatikan di sejumlah jalan yang kerap terlihat ceceran sampah. Yang paling menyedihkan, di jembatan Sungai Bedadung, beberapa kali dapat kita saksikan pengendara sepeda motor melempar bungkusan besar berisi sampah ke sungai.

Ya, masalah sampah bukan monopoli kota Jember saja. Kebanyakan kota-kota di Indonesia juga mengalaminya. Dalam mengelola sampah, sebagian besar menanganinya secara konvensional. Yaitu mengumpulkan, mengangkut, dan membuang sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA). Sistem pengolahannya bisa berupa open dumping, controlled landfill atau sanitary landfill. Hanya sedikit kota yang sudah menggunakan incinerator untuk membakar sampah anorganik.

Kabupaten Jember dalam sepengetahuan saya juga memusnahkan sampah dengan cara dibakar meski saya tak tahu pasti apakah proses pembakarannya manual ataukah sudah menggunakan incinerator. Yang jelas, TPA di Kecamatan Pakusari yang memiliki luas sekitar 6,7 hektar menjadi sentral dari seluruh TPA yang tersebar di 4 titik. Setiap harinya, sebaran timbulan sampah di titik-titik tersebut diangkut ke Pakusari untuk dibakar.

Ya, Kabupaten Jember memiliki TPA di 4 kecamatan. Yaitu, Pakusari untuk wilayah perkotaan. Untuk luar perkotaan ada TPA Ambulu (untuk area Ambulu, Jenggawah dan Wuluhan), Kencong (untuk area Kencong, Jombang dan Gumukmas), Tanggul (untuk area Tanggul, Sumberbaru dan Bangsalsari) serta Rambipuji (untuk area Rambipuji dan Balung). Sayang, hanya TPA Pakusari yang pengolahan sampahnya relatif lebih memadai.

Sebuah literatur menyebutkan bahwa komposisi sampah terbanyak di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, adalah sampah organik sekitar 60-70% dan sampah anorganik sekitar 30%. Hal ini sesungguhnya juga cermin Kabupaten Jember, Lumajang, dan Bondowoso yang lingkungannya didominasi oleh sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan kelautan yang menghasilkan sampah-sampah organik. Secara teoretis, sampah-sampah ini sesungguhnya adalah potensi untuk dikembangkan menjadi bahan baku industri kompos.

Kompos memang adalah salah satu teknik yang kerap digunakan dalam manajemen sampah perkotaan. Teknik lainnya antara lain: (1) menjadikan sampah sebagai pakan dan makanan ternak, (2) open-dumping dengan membuang dan menumpuk sampah pada tanah rendah di area terbuka, (3) sanitary landfill yang mirip dengan open-dumping tetapi kemudian sampah tersebut ditutup tanah dan diuruk, (4) pulverisation yang membuang sampah langsung ke laut lepas setelah dihancurkan menjadi potongan-potongan kecil, (5) incineration yang membakar sampah secara massal yang memungkinkan hasil pembakarannya diubah menjadi energi listrik, dan (6) fermentasi sampah yang dapat menghasikan etanol.

Selain menjadi kompos, pengolahan sampah menjadi etanol saat ini juga merupakan paradigma baru. Selain dapat dimanfaatkan menjadi material yang menyuburkan tanah, kompos secara komersil dapat menjadi peluang usaha. Demikian pula dengan etanol yang berpotensi untuk menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Mengelola sampah memang tidak sekedar bicara aspek teknis semata. Mengelola sampah juga bicara aspek lain. Dari aspek sosial, pengelolaan sampah dapat menyerap tenaga kerja bagi dinas kebersihan. Dari aspek ekonomi, pengelolaan sampah dapat membuka kesempatan kerja baru dalam hal pengumpulan atau jual beli sampah untuk daur ulang. Bahkan besar potensinya untuk didirikan koperasi pemulung. Dari aspek lingkungan, pengelolaan sampah mereduksi polusi limbah padat, cair, bahkan udara. Dari aspek budaya, pengelolaan sampah membawa perubahan paradigma berpikir bahwa sampah adalah beban karena tidak bermanfaat.

Hal mendesak bagi Jember dan sekitarnya dalam mengelola sampah adalah political will. Mengingat penanganan sampah sangat kompleks dan melibatkan berbagai sektor, maka dibutuhkan kebijakan politik yang terintegrasi. Perlu dirumuskan program edukasi dan sosialisasi mengenai metode pemilahan sampah organik dan anorganik. Institusi pendidikan, swasta, dan pemerintahan dapat menjadi ujung tombaknya. Berikutnya, perlu dirumuskan payung hukum berupa peraturan daerah (Perda) mengenai larangan dan sanksi membuang sampah di bantaran sungai.

Ke depan, pengelolaan timbulan sampah membutuhkan keterlibatan semua pihak. Dari akademisi dibutuhkan kontribusi hasil penelitian. Dari swasta dibutuhkan pengembangan usaha pengolahan timbulan sampah. Dari Pemda dibutuhkan fungsi penganggaran dalam APBD yang memadai dan regulasi yang mendorong partisipasi masyarakat agar peduli terhadap manfaat pengelolaan sampah.Sebagai kota yang dijuluki kota religius, malu juga lho kalau kita tidak mampu menunjukkan ‘kebersihan sebagian dari iman’. Sebagai kota yang dijuluki kota santri, malu juga lho kalau perilaku kita ternyata suka membuang sampah sembarangan. Apa kata dunia!!!

Komentar

  1. Sebageimana biasa saya berkomentar yg bertujuan menginformasikan cara mengatasi sampah dengan mesti berhasil,bila berkenan(buka)teknologitpa.blogspot.com.Pengguna cara ini sdh sangat banyak skali dan nyata-2 semuanya berhasil mengatasi persoalan sampah yg ada.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KENITU (Radar Jember, Perspektif, 17 April 2010, Hlm. 1)

2020, Menuju Less Cash Society (JemberPost.Net, 15 November 2019)

Kebangkitan Sukuk sebagai Instrumen Moneter (Harian Bisnis Indonesia, 25 November 2011)