Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2008

Ekonomi Memburuk, Apa Yang Bisa diperbuat Pemerintah Daerah? (Radar Jember, 22 September 2008)

Oleh: Khairunnisa Musari* Beberapa pekan terakhir, tiga indikator penting ekonomi makro memburuk. Melorotnya nilai tukar rupiah, bergejolaknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan laju inflasi yang berpotensi melampaui target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2008, menjadi sinyalemen penting bagi sektor riil nasional untuk waspada. Terlebih lagi, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang menyentuh level 9,25 persen. Bagaimana dengan daerah? Beberapa waktu lalu, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memperingatkan pemerintah dan otoritas moneter untuk mewaspadai kecenderungan negatif tiga indikator ekonomi makro tersebut di atas. Hal ini dapat dipahami, mengingat beberapa pekan terakhir, indikator ekonomi makro Indonesia membuat banyak kalangan terperangah. Pekan lalu, nilai tukar rupiah terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) dan nyaris mendekati level Rp 9.500. Kemerosotan rupiah akhirnya tertolong intervensi BI. Sementara itu, pasar uang yang sarat spe

Membuka Akses Kesehatan Berkualitas (Radar Jember, 8 September 2008)

Oleh: dr. Hairrudin, MKes (Staf Pengajar Fak. Kedokteran-Unej) Khairunnisa Musari (Peneliti INSEF) Kesehatan merupakan hak semua warga negara yang dijamin oleh undang-undang (UU). Kesehatan juga merupakan salah satu elemen penting dalam pengukuran indeks pembangunan manusia (IPM), selain tingkat pendidikan dan pendapatan. Untuk itu, pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Dalam 10 tahun terakhir, status kesehatan masyarakat secara umum terus menunjukkan perbaikan. Hal ini tercermin dari berbagai indikator kesehatan, seperti angka kematian ibu (AKI) yang mengalami penurunan dari 334 pada 1997 menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup pada 2003. Untuk angka kematian bayi, terjadi pula penurunan dari 35 pada 2004 menjadi 29 per 1.000 kelahiran hidup pada 2007. Selain itu, status gizi anak dan bayi usia di bawah 5 tahun (balita) juga mengalami perbaikan. Hal ini dapat disimak dari menurunnya jumlah balita yang mengala

Rentannya Implementasi Sukuk di Indonesia (Republika Online, 1 September 2008)

Oleh: Khairunnisa Musari Mahasiswa S3 Prodi Ekonomi Islam Unair dan Peneliti INSEF Masa penawaran umum dua seri Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) telah berakhir. Pemerintah memenangkan penawaran sebesar Rp 4,699 triliun. Menurut rencana dana tersebut akan digunakan untuk menambal defisit anggaran. Pertanyaannya, benarkah sukuk bisa menjadi solusi bagi defisit anggaran? Dari target indikatif semula yang sebesar Rp 5 triliun, pemerintah akhirnya hanya berhasil menghimpun dana SBSN atau sukuk sebesar Rp 4,699 triliun. Melalui tiga agen penjual emisi sukuk, pemerintah memenangkan penawaran Rp 2,714 triliun untuk sukuk seri IFR-0001 bertenor tujuh tahun dan Rp 1,985 triliun untuk sukuk seri IFR-0002 bertenor 10 tahun. Untuk yield tertinggi yang dimenangkan masing-masing sebesar 11,80 persen dan 11,95 persen. Sejauh ini pemerintah tampaknya cukup puas dengan emisi perdana sukuk. Untuk ukuran emisi perdana, kehadiran dua seri sukuk ini dinilai sudah cukup berhasil memperoleh kepercayaan pa

BANDARA NOTOHADINEGORO, MULTIPLIER EKONOMI JATIM (KOMPAS JATIM, 4 SEPTEMBER 2008)

Oleh: Khairunnisa Musari* Mahasiswa S3 Unair dan Peneliti INSEF Baru dua kota di Jawa Timur yang memiliki bandara dan sudah mengoperasikannya secara komersial. Setelah Surabaya dan Malang, kini Jember segera menyusul. Kehadiran Bandara Notohadinegoro diharapkan mampu menjadi pengungkit bagi ekonomi daerah di wilayah tapal kuda. Lebih jauh, bandara tersebut diharapkan mampu menjadi multiplier ekonomi Jawa Timur (Jatim). Mengacu data Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) dalam buku Evaluasi Tiga Tahun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009, pencapaian kinerja transportasi udara terus mengalami peningkatan. Pada 2007, jumlah penumpang angkutan udara dalam negeri meningkat 6,23 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar 34,01 juta orang menjadi 36,13 juta (angka sementara posisi Nopember 2007). Pada periode yang sama, jumlah penumpang angkutan udara luar negeri juga meningkat sebesar 11,91 persen dari 13,93 juta orang menjadi 12,75 juta orang. Hal yan

Ekonomi Islam dan Indonesia Merdeka (Interaktif Ekonomi Syariah - Harian Duta Masyarakat, 3 September 2008)

Oleh: Khairunnisa Musari Pertanyaan: Indonesia kini sudah genap 63 tahun merdeka. Saya melihat, Indonesia sebenarnya belum merdeka dalam arti sesungguhnya. Indonesia masih terjajah, utamanya dalam hal perekonomian. Hingga saat ini, Indonesia masih belum mampu memenuhi kesejahteraan masyarakat. Ketimpangan kian dalam. Yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin. Bagaimana ekonomi Islam dapat menyelamatkan perekonomian Indonesia? (dr. Hairrudin, M.Kes, dosen FK-Unej, 081-2320xxxx) Jawaban: Salam dr. Hairrudin, tampaknya anda memiliki perhatian lebih terhadap bidang ekonomi yang notabene di luar bidang keahlian anda. Saya senang sekali karena pertanyaan anda menunjukkan bahwa antusiasme terhadap ekonomi Islam tidak hanya menjadi milik praktisi ataupun akademisi ekonomi Islam semata. Ya, 17 Agustus lalu Indonesia tepat 63 tahun merdeka. Saya kira, saya pun sepakat dengan anda bahwa Indonesia masih ‘terjajah’, utamanya dalam hal perekonomian. Banyak bukti yang bisa kita lihat bersama