Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2009

SUKUK MENJAWAB RESESI (Ekonomia, Republika, 19 Maret 2009)

Oleh: Rifki Ismal (Mahasiswa PhD Islamic Finance, Durham University, UK) Khairunnisa Musari (Mahasiswa S3 Ilmu Ekonomi Islam, Universitas Airlangga, Surabaya) Kondisi perekonomian dunia dan Indonesia pada 2009 diancam resesi. Melalui kebijakan fiskalnya, pemerintah menjadi harapan terbesar untuk menye-lamatkan ekonomi nasional. Sukuk adalah salah satu instrumen dari kebijakan fiskal yang dapat digunakan untuk menangkal resesi. Bagaimana sukuk menjawab ancaman resesi? Pada Februari lalu, Indonesia telah menerbitkan sukuk negara untuk pasar ritel. Penjualan tersebut menuai sukses. Pemerintah menyerap semua permintaan pembelian sebesar Rp.5.556 triliun. Hampir semua agen mampu menjual melebihi target kepada total 14.295 investor. Ini adalah sukuk negara kedua setelah pada Agustus 2008 diterbitkan pula untuk pasar korporat. Penerbitan sukuk pada dasarnya dimaksudkan untuk membiayai pembangunan. Keberadaan sukuk tidak lepas dari konsep fiskal dalam Islam yang memperkenankan sukuk digun

TANTANGAN DAN PELUANG PERBANKAN DI TAPAL KUDA (Surabaya Post, 16 Maret 2009)

Oleh: Khairunnisa Musari (Mahasiswa S3 Ilmu Ekonomi Islam, Unair, Surabaya, dan Peneliti INSEF) Pertumbuhan kredit di Jawa Timur pada 2008 lalu mencapai 25,47 persen dan loan to deposit ratio (LDR) sebesar 68,25 persen. Untuk wilayah kerja Kantor Bank Indonesia (KBI) Surabaya, pertumbuhan kredit mencapai 29,34 persen, LDR 69,67 persen, dan non performing loan (NPL) sebesar 1,24 persen. Untuk KBI Malang, pertumbuhan kredit mencapai 24 persen, LDR 70,84 persen, dan NPL 1,26 persen. Untuk KBI Kediri, pertumbuhan kredit mencapai 23,93 persen, LDR 66,66 persen, dan NPL 0,31 persen. Sementara, untuk KBI Jember yang membawahi wilayah tapal kuda yang meliputi Jember, Bondowoso, Situbondo, dan Banyuwangi, pertumbuhan kreditnya 20,57 persen, LDR 96,19 persen, dan NPL 0,57 persen. Lebih jauh, kinerja intermediasi perbankan Jawa timur di wilayah kerja KBI Jember ini cukup menarik untuk disimak. Komposisi LDR-nya nyaris mengikuti komposisi financing to deposit ratio (FDR) perbankan syariah nasional

MENUJU REVITALISASI PERTANIAN ORGANIK (RADAR JEMBER, 28 FEBRUARI 2009)

Oleh: Naurah Najwa Hairrudin* Dalam sebuah kuliah umum di Universitas Jember beberapa waktu lalu, Sri Sultan Hamengku Buwono X memberi paparan berjudul “Pembangunan Pertanian Berbasis Kearifan Lokal Untuk Menghadapi Pasar Global Demi Kemakmuran Rakyat”. Dikatakannya, salah satu cara untuk mengatasi kondisi pertanian Indonesia yang kini terpuruk adalah dengan kembali kepada Sistem Pertanian Organik (SPO) yang ditunjang dengan kearifan lokal. Sri Sultan mengungkap, masyarakat Indonesia sejak dahulu telah mempraktekkan SPO yang didukung dengan kearifan lokal. Namun, dalam perjalanannya, kearifan lokal tadi diabaikan. Bahkan dianggap tidak sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Padahal, SPO sesungguhnya tidaklah demikian. SPO sejatinya adalah pertanian yang berangkat dari paradigma holistik dalam memandang alam semesta. Dengan cara pandang ini, manusia sebagai bagian dari alam semesta dituntut untuk mewujudkan tujuan terbesar dari kegiatan pertanian, yaitu untuk keb