Postingan

Menampilkan postingan dari April 12, 2008

Beranda Bisnis SuaraIndonesia.Info (10 April 2008)

“Red Code” Dan Keadilan Oleh: Khairunnisa Musari “Mudah-mudahan akhir dari kasus aliran dana Bank Indonesia (BI) ini seperti kisah film A Few Good Men. Si Prajurit yg melaksanakan perintah “Red Code” dibebaskan dari sanksi pidana, namun tetap dipecat sebagai prajurit (marinir). Karena bagaimanapun mereka sadar bahwa perintah “Red Code” tersebut adalah perintah salah, namun mereka tetap melaksanakan. Dan akhirnya, Komandan yg memerintahkanlah yg diajukan ke pengadilan dan diputuskan salah. Semoga…” Itulah sebuah komentar yang masuk terkait dengan artikel opini Aliran Dana BI ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di sebuh media cetak nasional. Sejak 14 Februari, 2 pegawai BI ditahan sebagai tersangka kasus tersebut. Masa penahanan semula 20 hari kemudian diperpanjang 60 hari hingga 13 April mendatang. Kini, Calon Gubernur BI sudah terpilih. Gubernur BI Burhanuddin Abdullah pun telah ditahan. Waktu sudah beranjak 2 bulan. Tapi, masih belum ada tersangka baru. Bahkan belum ada satupun anggota D

Beranda Bisnis SuaraIndonesia.Info (10 April 2008)

Menuju Swasembada Kedelai Oleh Khairunnisa Musari Upaya yang dilakukan Asosiasi Petani Padi dan Palawija Indonesia (AP3I) di Jember beberapa waktu lalu patut dihargai. Banyaknya wacana dan realita kelangkaan kedelai ditindaklanjuti dengan langkah nyata. Ini awal yang baik untuk meretas diri menuju swasembada kedelai. Pemerintah memprediksi bahwa krisis pangan berpeluang terjadi pada 2017. Untuk mengantisipasi, Departemen Pertanian (Deptan) pada 2007 membuka lahan persawahan baru seluas 20.000 hektar, terutama di luar Pulau Jawa. Pada 2008, direncanakan akan ada penambahan seluas 50.000 hektar. Namun demikian, mengingat laju pertumbuhan penduduk sekitar 1,3-1,5 persen, tetap saja kemampuan Indonesia dikhawatirkan tidak akan mampu memenuhi kebutuhan pangan 10 tahun mendatang. Saat ini saja, Indonesia secara perlahan dan pasti sudah mengalami krisis pangan (INSEF, 2008). Bagi Indonesia, kompleksitas ketersediaan pangan tidak dapat dipandang sebelah mata. Fenomena krisis pangan mengguga

SINDO Nasional - News Opini / Kolom Ekonomi (economy.okezone.com) - 11 April 2008

News Opini Akhir Laissez-Faire Keempat Oleh: Khairunnisa Musari Mahasiswa S3 Ilmu Ekonomi Minat Studi Ekonomi Islam Unair dan Peneliti Institute for Strategic Economics and Finance (Insef) ”… fundamentalisme pasar telah menjadi demikian kuatnya sehingga kekuatan politik mana pun yang berani menentangnya akan dicap sebagai sentimental, tidak logis, dan naif…. Pendek kata,apabila kekuatan pasar dibiarkan bebas secara penuh, meskipun di bidang murni ekonomi dan keuangan murni, maka kekuatan pasar ini akan menghasilkan kekacauan dan pada akhirnya menuju pada hancurnya tatanan kapitalisme global....” George Soros (1998). Miliuner George Soros mengatakan, krisis keuangan saat ini adalah yang terburuk sejak depresi besar tahun 1929. Krisis ini sedang menuju titik nadir. Soros mengatakan, akar krisis kekacauan di sektor keuangan, tertanam sejak dekade 1980-an. Saat itu, Ronald Reagen dan Margaret Thatcher mendamba laissez-faire, mazhab yang menjunjung pasar liberal atas dasar keyakinan bahwa