Postingan

Menampilkan postingan dari Mei 25, 2010

MAQASID SYARI’AH (Radar Jember, Perspektif, 22 Mei 2010, Hlm. 33)

Oleh: Khairunnisa Musari Beberapa hari lalu, keluarga besar saya kedatangan tamu dari Sukabumi. Beliau adalah guru ngaji saya waktu kecil dulu di Bontang. Sebut saja namanya Pak Sophian. Pak Sophian menginap di rumah hampir sepekan. Dalam suatu kesempatan, beliau mengatakan bahwa Lumajang sangat sejahtera. Lalu, saya bertanya, “Kok bisa bilang begitu, Pak?” Jawabnya, “Mesjidnya bagus-bagus. Gak ada yang gak bagus. Musholanya juga.” Perbincangan sesaat tersebut cukup lama terekam dalam benak saya. Saya cukup bisa memahami cara berpikir Pak Sophian meski bagi sejumlah pihak mungkin pandangan beliau tak lazim. Tapi mengingat latar belakang beliau sebagai guru mengaji di Mesjid Al-Kautsar, mesjid terbesar di Komplek PT Badak Bontang, wajar saja beliau menjadikan mesjid sebagai indikator kesejahteraan masyarakat. Secara terminologi, ‘sejahtera’ memang memiliki banyak definisi. Indikatornya pun beragam. Sangat bergantung pada siapa yang menyatakan. Bagi seorang guru agama seperti Pak Sophian