Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2008

SINDO NEWS OPINI (25 APRIL 2008)

Badai Minyak Dunia Jum'at, 25/04/2008 Oleh: M Ikhsan Modjo (Direktur Indef) Khairunnisa Musari (Peneliti Insef) Saat ini badai minyak tengah melanda dunia.Badai yang berawal dari krisis harga minyak global menjelma menjadi krisis ekonomi global. Mengapa terjadi, bagaimana dampaknya,dan apa yang harus dilakukan? Kenaikan harga minyak dunia dipicu oleh persoalan struktural.Peningkatan permintaan tidak diimbangi peningkatan kemampuan pasok.Permintaan dunia dari tahun ke tahun meningkat rata-rata 1,5% atau sekitar 85 juta barel per hari. Pada 2008, permintaan meningkat 2% sehingga menjadi sekitar 87,7 juta barel per hari. Saat ini, China dan India menjadi motor pertumbuhan ekonomi dunia. Dalam 10 tahun terakhir, konsumsi China tumbuh rata-rata 6,5% per tahun dan India rata-rata 5%. Impor China meningkat hampir 2 kali lipat dari sekitar 4 juta barel per hari pada 2002 menjadi sekitar 7,5 juta barel per hari pada 2007. Dewasa ini, kemampuan pasok minyak dunia kian dihadapkan pada berbag

OPINI - KOMPAS, 21 APRIL 2008

SATU PEREMPUAN, SATU GENERASI Oleh: Naurah Najwa Hairrudin* Mantan Jurnalis, sedang menempuh Program Doktoral di Universitas Airlangga If you educate one man, you educate one person. But, if you educate one woman, you educate one generation. (Meutia Hatta) Berbicara tentang perempuan Indonesia, biasanya tidak akan dilepaskan dari sosok RA Kartini, yang diusung sebagai tokoh emansipasi wanita. Hari Kartini, 21 April, kerap dijadikan momen perbaikan nasib perempuan. Meski banyak polemik terkait penokohan Kartini, sejarah membuktikan perempuan Indonesia ikut memberikan kontribusi besar dalam perjuangan kemerdekaan. Bagaimana pembangunan perempuan Indonesia saat ini? Kesenjangan jender Dengan menggunakan Human Development Report Indonesia 2004, kesenjangan jender dalam pembangunan perempuan masih signifikan. Nilai Gender Development Index (GDI) 2002 hanya 0,592. Nilai itu di bawah Human Development Index (HDI) 0,658, sedangkan Gender Empowerment Measurement (GEM) pada posisi 0,546. Pada

SINDO Nasional (15 April 2008)

UU ITE Tak Sekadar Blokir Pornografi Oleh: Naurah Najwa Hairrudin (Mantan Jurnalis, Sedang Menempuh Program Doktor di Universitas Airlangga) Undang-Undang (UU) Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) disahkan tanpa ingar-bingar. Semula, banyak pihak memandang positif kehadiran UU ITE karena tujuannya mulia, melindungi moral bangsa. Namun dalam perkembangannya, banyak pihak mulai berpolemik terkait ekses negatif dari UU tersebut, terutama bagi dunia pers. Bagaimana menyikapinya? UU ITE adalah cyber law pertama di Indonesia.Semula, sebagian besar masyarakat memiliki persepsi bahwa UU tersebut sebatas untuk memblokir situs porno. Setelah proses sosialisasi berjalan, barulah dipahami bahwa UU tersebut memiliki substansi yang melingkupi seluruh transaksi berbasis elektronik. Sebagai payung hukum dunia maya pertama,cukup dipahami jika UU ITE menimbulkan polemik. Perdebatan mengemuka di sejumlah kalangan, termasuk di kalangan pers.Bagi dunia pers,UU ITE dipandang sebagai sinyal menguatnya

Beranda Bisnis SuaraIndonesia.Info (10 April 2008)

“Red Code” Dan Keadilan Oleh: Khairunnisa Musari “Mudah-mudahan akhir dari kasus aliran dana Bank Indonesia (BI) ini seperti kisah film A Few Good Men. Si Prajurit yg melaksanakan perintah “Red Code” dibebaskan dari sanksi pidana, namun tetap dipecat sebagai prajurit (marinir). Karena bagaimanapun mereka sadar bahwa perintah “Red Code” tersebut adalah perintah salah, namun mereka tetap melaksanakan. Dan akhirnya, Komandan yg memerintahkanlah yg diajukan ke pengadilan dan diputuskan salah. Semoga…” Itulah sebuah komentar yang masuk terkait dengan artikel opini Aliran Dana BI ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di sebuh media cetak nasional. Sejak 14 Februari, 2 pegawai BI ditahan sebagai tersangka kasus tersebut. Masa penahanan semula 20 hari kemudian diperpanjang 60 hari hingga 13 April mendatang. Kini, Calon Gubernur BI sudah terpilih. Gubernur BI Burhanuddin Abdullah pun telah ditahan. Waktu sudah beranjak 2 bulan. Tapi, masih belum ada tersangka baru. Bahkan belum ada satupun anggota D

Beranda Bisnis SuaraIndonesia.Info (10 April 2008)

Menuju Swasembada Kedelai Oleh Khairunnisa Musari Upaya yang dilakukan Asosiasi Petani Padi dan Palawija Indonesia (AP3I) di Jember beberapa waktu lalu patut dihargai. Banyaknya wacana dan realita kelangkaan kedelai ditindaklanjuti dengan langkah nyata. Ini awal yang baik untuk meretas diri menuju swasembada kedelai. Pemerintah memprediksi bahwa krisis pangan berpeluang terjadi pada 2017. Untuk mengantisipasi, Departemen Pertanian (Deptan) pada 2007 membuka lahan persawahan baru seluas 20.000 hektar, terutama di luar Pulau Jawa. Pada 2008, direncanakan akan ada penambahan seluas 50.000 hektar. Namun demikian, mengingat laju pertumbuhan penduduk sekitar 1,3-1,5 persen, tetap saja kemampuan Indonesia dikhawatirkan tidak akan mampu memenuhi kebutuhan pangan 10 tahun mendatang. Saat ini saja, Indonesia secara perlahan dan pasti sudah mengalami krisis pangan (INSEF, 2008). Bagi Indonesia, kompleksitas ketersediaan pangan tidak dapat dipandang sebelah mata. Fenomena krisis pangan mengguga

SINDO Nasional - News Opini / Kolom Ekonomi (economy.okezone.com) - 11 April 2008

News Opini Akhir Laissez-Faire Keempat Oleh: Khairunnisa Musari Mahasiswa S3 Ilmu Ekonomi Minat Studi Ekonomi Islam Unair dan Peneliti Institute for Strategic Economics and Finance (Insef) ”… fundamentalisme pasar telah menjadi demikian kuatnya sehingga kekuatan politik mana pun yang berani menentangnya akan dicap sebagai sentimental, tidak logis, dan naif…. Pendek kata,apabila kekuatan pasar dibiarkan bebas secara penuh, meskipun di bidang murni ekonomi dan keuangan murni, maka kekuatan pasar ini akan menghasilkan kekacauan dan pada akhirnya menuju pada hancurnya tatanan kapitalisme global....” George Soros (1998). Miliuner George Soros mengatakan, krisis keuangan saat ini adalah yang terburuk sejak depresi besar tahun 1929. Krisis ini sedang menuju titik nadir. Soros mengatakan, akar krisis kekacauan di sektor keuangan, tertanam sejak dekade 1980-an. Saat itu, Ronald Reagen dan Margaret Thatcher mendamba laissez-faire, mazhab yang menjunjung pasar liberal atas dasar keyakinan bahwa