Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2010

DAYA SAING KAKAO (Judul Asli: CHOCOLATE FROM JEMBER (2), Radar Jember, Perspektif, 25 September 2010)

Oleh: Khairunnisa Musari Tulisan bersambung ini masih bicara tentang cokelat. Juga tentu saja tentang kakao. Sekedar flash-back, tulisan ini bermula dari sahabat keluarga yang bernama Om Bagyo yang memberi budget hadiah untuk Naj, anak saya yang kedua. Dengan budget yang ada, saya membelikan Naj bermacam-macam camilan, makanan, dan minuman. Salah satunya yang pasti tidak boleh ketinggalan adalah cokelat. Ketika mencicipi cokelat, suami menyeletuk tentang bahan baku cokelat impor tersebut yang mungkin saja berasal dari Jember. Singkat cerita, cokelat sesungguhnya juga bisa menjadi ikon kota suwar-suwir ini. Keberadaan Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka)-lah yang menjadikan Jember layak untuk menjadi pelaku utama dalam industri kakao nasional. Dari sisi pasokan, mengacu pada Statistik Perkebunan Indonesia (2006-2008), kemampuan produksi Jember pada 2006 sebanyak 5.977 ton dengan lahan yang sudah digunakan seluas 5.013 ha. Sedangkan Bondowoso berkemampuan produksi sebanyak 225 to

CHOCOLATE FROM JEMBER (1) - (Radar Jember, Perspektif, 14 September 2010)

Oleh: Khairunnisa Musari* Lebaran kemarin hampir bersamaan dengan ultah Naj, anak saya yang kedua. Seorang sahabat di Surabaya memberikan saya budget untuk berbelanja apa saja yang menjadi kesukaan Naj sebagai hadiah ultah. Saya katakan, hadiah yang paling bisa berkesan dan menyenangkan Naj adalah makanan. Sebab, Naj belum bisa menghargai pemberian dalam bentuk materi yang lain selain makanan. Akhirul kalam, saya membelikan camilan, susu kotak instan rasa coklat, dan tentu saja cokelat itu sendiri sebagai hadiah ultah beratasnamakan Om Bagyo. Ya, anak-anak saya biasa memanggilnya Om Bagyo. Mereka bersahabat dan cukup rutin berkomunikasi via SMS. Nau, anak saya yang sulung, pun ikut kecipratan dan mendapat jatah hadiah dari budget yang diberikan Om Bagyo. Ketika anak-anak menikmati cokelat batangan, suami saya memperhatikan label yang tertera di pembungkus cokelat tersebut. Ia kemudian menyeletuk, “Jangan-jangan cokelat impor ini sebenarnya bahan bakunya dari Jember. Kualitas cok

EKONOMI MUDIK (Radar Jember, Perspektif, 4 September 2010)

Gambar
Oleh: Khairunnisa Musari* Lantunan lagu Opick Ramadhan Tiba menjadi pengantar para penumpang kereta api Sancaka Sore saat itu. Ya, saya yang dalam pekan ini melakukan perjalanan ke Yogyakarta menggunakan Sancaka Sore merasakan sekali hangatnya suasana Ramadhan. Ketika tiba waktu berbuka, petugas kereta menyampaikannya kepada para penumpang dengan pengeras suara. Para penumpang yang sedang berpuasa pun bergegas menyantap bekal berbuka yang dibawa. Selisih 3 hari, saya kembali ke Surabaya masih dengan kereta api. Tapi kali ini dengan Mutiara Selatan. Cukup melelahkan. Saya merasa seperti pemudik. Bukan karena menanti lama di Stasiun Tugu hampir 4 jam kala dini hari. Bukan juga karena harus menahan kantuk karena kereta telat hingga 1,5 jam. Tapi karena harga tiket yang mencengangkan karena naik berlipat-lipat sehingga membuat kantuk saya hilang seketika. Ya, naiknya harga tiket hanya salah satu fenomena kegiatan ekonomi menjelang lebaran. Banyaknya pengguna loyal jasa transportasi massal