Postingan

Menampilkan postingan dengan label Ekonomia

AIR, PANGAN, ENERGI (EKONOMIA, REPUBLIKA, 28 MEI 2009)

Oleh: Khairunnisa Musari (Mahasiswa S3 Ilmu Ekonomi Islam Unair) “Kaum muslimin berserikat dalam tiga hal, yaitu air, padang rumput, dan api” (HR Abu Dawud, Ahmad dan Ibnu Majah) Dalam konteks kekinian, hadist yang menitikberatkan ‘air, padang rumput, dan api’ dapat kita terjemahkan dengan pemenuhan sektor air, pangan, dan energi. Jika disimak, tiga hal tersebut sangat relevan dengan berbagai persoalan yang terjadi di Indonesia belakangan ini. Sepanjang 2008 lalu, tiga persoalan tersebut menjadi masalah nyata di Indonesia. Di awal tahun, naiknya harga dan langkanya sejumlah kebutuhan bahan makanan pokok menjadi sorotan. Isu yang menguak, Indonesia mengalami krisis ketahanan pangan akibat ketergantungan impor, ketidakmampuan berswasembada pangan, dan makin sedikitnya penduduk yang berminat di sektor pertanian. Memasuki akhir semester I-2008, kenaikan harga minyak dunia akhirnya berimplikasi dengan naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sebesar 28,7 persen. Meski pada akhirnya...

MENYOAL MINIMNYA KONTRIBUSI BANK SYARIAH TERHADAP SUKUK (Boks Pojok Ekonomia, Republika, 16 April 2009)

Oleh: Khairunnisa Musari (Mahasiwa S3 Ilmu Ekonomi Islam Universitas Airlangga) Kontribusi bank syariah dalam penyerapan sukuk sangat minim. Hal ini menjadi pertanyaan. Pasalnya, industri keuangan syariah sejak awal begitu mendesak agar emisi sukuk direalisasikan. Alasannya, kehadiran sukuk akan membantu ruang gerak pasar keuangan syariah. Lalu mengapa sedikit sekali bank syariah yang menyerap sukuk? Penerbitan sukuk sejak mula dimaksudkan untuk mendiversifikasi instrumen pembiayaan defisit anggaran dengan meningkatkan basis investor. Sukuk diposisikan memiliki peran yang kurang lebih sama dengan surat utang negara (SUN). Perbedaannya yang signifikan terletak pada sukuk yang berbasis sistem ekonomi Islam. Sistem ini mensyaratkan adanya jaminan aset (underlying asset) untuk tiap nilai penerbitannya, berkaitan dengan sektor riil, dan digunakan untuk hal-hal produktif. Pada pertengahan 2008 lalu, pemerintah telah menerbitkan sukuk negara dengan pasar korporasi. Pada akhir Februari 2009,...

SUKUK MENJAWAB RESESI (Ekonomia, Republika, 19 Maret 2009)

Oleh: Rifki Ismal (Mahasiswa PhD Islamic Finance, Durham University, UK) Khairunnisa Musari (Mahasiswa S3 Ilmu Ekonomi Islam, Universitas Airlangga, Surabaya) Kondisi perekonomian dunia dan Indonesia pada 2009 diancam resesi. Melalui kebijakan fiskalnya, pemerintah menjadi harapan terbesar untuk menye-lamatkan ekonomi nasional. Sukuk adalah salah satu instrumen dari kebijakan fiskal yang dapat digunakan untuk menangkal resesi. Bagaimana sukuk menjawab ancaman resesi? Pada Februari lalu, Indonesia telah menerbitkan sukuk negara untuk pasar ritel. Penjualan tersebut menuai sukses. Pemerintah menyerap semua permintaan pembelian sebesar Rp.5.556 triliun. Hampir semua agen mampu menjual melebihi target kepada total 14.295 investor. Ini adalah sukuk negara kedua setelah pada Agustus 2008 diterbitkan pula untuk pasar korporat. Penerbitan sukuk pada dasarnya dimaksudkan untuk membiayai pembangunan. Keberadaan sukuk tidak lepas dari konsep fiskal dalam Islam yang memperkenankan sukuk digun...