MERENUNGI KASUS BI (Sindo Edisi Sore, Opini Sore, 19 Februari 2008)
Oleh: Khairunnisa Musari “....Saya seperti pelanduk yang berada di tengah-tengah gajah bertarung. Saya tidak tahu siapa gajahnya. Saya hanya berharap si pelanduk tidak mati. Saya pasrah menanti usainya pertarungan. Semua terasa seperti mimpi....” Demikian ungkapan tersangka kasus aliran dana Bank Indonesia (BI) yang ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 14 Februari lalu. Saya memahami kegundahan, kesedihan, dan kekecewaan yang dirasakannya. Komitmen untuk menjaga profesionalitas ternyata berbuah duka. Terungkap sedihnya saat mengharap dukungan, tapi hampir semua mengangkat tangan. Semua menghindar. Kawan, bagai tak kenal. Yang diteladani bergeming, tak ingin diusik. Banyak yang ingkar. Saya tahu, dia ingin berteriak, “Mengapa saya diperlakukan seperti ini? Mengapa harus saya yang mempertanggungjawabkan semua ini?” Banyak yang bisa direnungi dari kasus BI ini. Betapa pada gagahnya sebuah lembaga negara, ada sisi rentannya. Betapa terlihat besar independensi yang melek