Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2010

Islamic Bank (iB) (Radar Jember, Perspektif, 26 Juni 2010)

Gambar
Oleh: Khairunnisa Musari Di luar negeri, jika kita bertanya tentang bank syariah, yakinlah kebanyakan dari mereka tidak akan memahami apa yang kita tanyakan. Ya, bank syariah yang kita sebut demikian di Indonesia lebih dikenal sebagai bank Islam atau Islamic Bank (iB) di luar negeri. Secara etimologi, harus diakui bahwa istilah yang pas memang adalah iB dan bukan bank syariah karena syariah berarti ‘hukum’. Ngomong-ngomong tentang iB, sekitar 2 bulan lalu, seorang researcher dari Departemen R&D Bank Syariah Mandiri (BSM) di pusat mengirimkan pesan via Wall ke Facebook (FB) milik saya. Dituliskannya, “Insya Allah tahun ini BSM akan mulai beroperasi di Lumajang, Bondowoso, dan Situbondo menyusul Jember dan Banyuwangi yang sudah lebih dahulu beroperasi”. Semalam, saya menanyakan kembali perkembangan rencana operasi BSM ini. Jawaban yang masuk mengatakan, “Insya Allah segera. Saat ini sedang persiapan sarana dan prasarana serta pengurusan perijinan”. Ya, kabar ini tentu menjadi kabar

SEPAK BOLA VS KEBUTUHAN DAPUR (Radar Jember, Perspektif, 19 Juni 2010)

Gambar
Oleh: Khairunnisa Musari Buat bapak-bapak yang lagi demam Piala Dunia, saya beritahu ya. Sudah sepekan lebih, para ibu diliputi gundah karena harga sejumlah kebutuhan dapur naik cukup drastis. Setidaknya di Lumajang, cabe kecil mencapai Rp 20.000 per kilo. Satu buah timun ukuran sedang seharga Rp 600. Tiga buah terong seharga Rp 2.000. Belum lagi sayuran lainnya yang ikut merangkak naik. Ditambah lagi beras per kilo yang menyentuh Rp 6.000. Di Jember, kurang lebih demikian pula. Ibu-ibu jadi pusing, Pak!!! Saya juga bertanya-tanya, kira-kira apa ya yang menyebabkan harga bahan pangan naik? Padahal, bulan puasa masih 2 bulan lagi. Dalam waktu dekat ini, tampaknya juga tidak ada momen hari raya keagamaan. Dugaan kuat tampaknya mengarah pada sejumlah kegagalan hasil panen. Ya, iklim sekarang ini unpredictable. Dulu, siklus musim kemarau dan hujan dari tahun ke tahun selalu dalam rentang waktu yang hampir sama. Tapi kini, tampaknya terjadi pergeseran dan tidak bisa dipastikan bahwa hujan

Sebuah artikel yang menyentuh... KIAMAT 2009

Saya tidak sengaja menemukan artikel ini. Artikel ini tulisan seseorang yang baru saja saya kenal. Semula saya hanya ingin mencari alamat rumahnya. Tapi, kemudian, saya menemukan tulisan ini. Menyentuh. Masuk ke hati. Membuat saya terhenyak. Dan menitikkan air mata. Memohon ampun kepadaNya atas segala khilaf. Atas segala kealpaan diri. Atas segala lalai. Dan... terucapkan sebuah janji padaNya... Sumber: http://masbagio.blogspot.com Malam tahun baru 2009, rintik hujan bagai air mata yang enggan meninggalkan masa lalu. Ada tanggungan masa lalu yang banyak belum terselesaikan dan akan menjadi beban di masa depan. Masa depan yang akan semakin menumbuhkan generasi pesta-pora, wujud pelarian atas beban berat yang diwariskan para pendahulu. Oh iya, aku lupa tidak membawa jas hujan. Malam itu, dari posko relawan korban Lapindo di Desa Gedang Sidoarjo aku mau pulang ke Surabaya. Terpaksa membiarkan tubuhku dibasahi perlahan-lahan oleh rintik hujan yang tak deras. Sepeda motor kujalankan perla

RESENSI BUKU: CINTA SEJATI ALITA

Gambar
Saya gak tahu, kenapa merasa harus memuat resensi buku ini pada blog saya... Mungkin, karena saya bisa merasakan bagaimana perjuangan Alita dan juga peresensi buku ini... Btw, Dewie Sekar piawai sekali dalam berkata dan mengungkapkan pergolakan Alita... Cinta Sejati Alita Judul Buku: ALITA @ FIRST Pengarang: Dewie Sekar Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama Cetakan: Pertama, Februari 2010 Tebal: 328 halaman Baru pertama kalinya saya membaca novel karya Dewie Sekar, dan baru pertama kalinya saya meneteskan airmata lebih dari sekali saat membaca novel metropop. Novel ini begitu menyentuh saya di beberapa bagian, selain fakta bahwa saya mempunyai seorang kakak laki-laki yang berusia jauh di atas saya dan pernah mempunyai cinta yang takkan pernah termiliki. Saya yakin bahwa ada pembaca yang pernah mempunyai kisah serupa. Cerita Alita, Yusa, Abel dan Erwin dalam meraih cita-cita dan cinta sangat lekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Alita, seorang remaja berusia 13 tahun yang baru menginj

DISTORSI SUKUK NEGARA (Bisnis Indonesia, Opini, 12 Juni 2010)

Surat berharga negara masih menjadi sumber pembiayaan APBN Sukuk negara semula dimaksudkan untuk mendiversifikasi instrumen pembiayaan. Regulasi sudah menyiratkan untuk membiayai proyek pembangunan. Sayang, agresif pemerin­tah dalam menerbitkan sukuk negara belakangan ini belum mampu diimbangi dengan pemanfaatan yang optimal. Jika himpunan dana sukuk negara tak berwujud konkret, yang terjadi adalah sebuah distorsi bagi instrumen ini. Sukuk saat ini menjadi feno­me­na global. Sukuk menjadi ba­gian yang tak terpisahkan dari sistem keuangan dunia. Sebagai sebuah instrumen pembiayaan pembangunan berbasis syariah, sukuk secara universal diterima lintas agama, budaya, dan bang­sa. Satu-persatu negara muslim dan nonmuslim kini mengadopsi dan turut menerbitkannya. Indonesia sebagai negara de­nga­n penduduk muslim terbesar di dunia termasuk cukup terlambat menerapkan sukuk. Regulasi su­kuk baru disahkan pada 2008. Hingga akhir 2009, dana sukuk yang dihimpun Pemerintah In­do­nesia ­baru sek

WOW, IS IT BANANA’S TREE? (Radar Jember, Perspektif, 12 Juni 2010, Hlm. 33)

Gambar
Oleh: Khairunnisa Musari Sepekan lalu, dalam sebuah kelas percakapan bahasa Inggris, sang guru mengajarkan tentang penggunaan diksi pada situasi formal dan nonformal. Diksi adalah pemilihan kata yang tepat dalam suatu proses komunikasi. Namun ditekankannya, hal terpenting dalam berkomunikasi dengan orang asing adalah keberanian untuk berbicara. Salah dan benar itu urusan nomor dua. Singkat kata, sang guru ini kemudian berkisah tentang pengalamannya bersama 2 orang asing asal Eropa yang tengah melakukan perjalanan keliling dunia dengan mengendarai sepeda. Diceritakan, sang guru ini tak sengaja bertemu bikers asing di sebuah minimarket di Lumajang. Setelah ngalor ngidul kesana kemari, sang guru ini menawarkan bikers tersebut menginap di rumahnya. Akhirul kalam, selama 2 hari, bikers ini menginap dan berkesempatan mengunjungi sejumlah wilayah di Lumajang. Saya kemudian bertanya pada sang guru, “Apa yang paling berkesan dari 2 biker itu selama di Lumajang?” Sang guru men

Mengutip secarik puisi lama dari Andi Analta Amir yang berjudul "Puasa Cinta". 11 tahun lalu. Dulu dan Kini.

Semua rasa adalah karunia Jadi, bila ada ikhlas dan rela Saat berpuasa cinta pun akan nikmat terasa Menang nanti saat berbuka Bila tak sabar Semua berubah jadi tak benar Padahal, kesabaran harusnya menjadi bekal Agar penantian berselubung tawakal Kasih sayang itu memberi alat pancing Bukan memberi ikan Cinta yang sejati tak pernah membebani Cinta yang berasal dari surga tak pernah memaksa Ia akan meluncur cepat seperti kilasan kilat Ia akan terbang melesat bak meteor Menembus jiwa dengan tepat Cinta yang sejati berawal dari hati nurani Cinta yang abadi adalah cinta terbungkus kasih Ilahi

Jeruk Lokal VS Jeruk Impor (Radar Jember, Perspektif, 29 Mei 2010, Hlm. 33)

Gambar
Oleh: Khairunnisa Musari Oleh: Khairunnisa Musari Jeruk kok makan jeruk!!! Begitulah sebuah iklan minuman rasa jeruk yang dulu sering muncul di televisi. Mungkin pernyataan itu cukup pas untuk menggambarkan fenomena ‘perseteruan’ jeruk impor dan jeruk lokal belakangan ini. Harus diakui, j eruk impor kian laris manis. Keberadaannya merajai di hampir semua sentra-sentra penjualan buah. Belum lagi dengan pedagang dadakan yang menggunakan mobil untuk menjajakan di ruas-ruas jalan. Ditambah dengan kian menjamurnya pasar ritel modern di wilayah ibukota-ibukota kecamatan semakin menambah ‘promosi’ jeruk impor. Kehadiran jeruk impor bukannya tak boleh, terlebih dengan adanya perjanjian perdagangan internasional dan Asean - C h ina Free Trade Area (ACFTA) yang melegitimasinya. Namun demikian, tak layak pula jika kita membiarkan petani jeruk lokal harus terjerembab. Tidak bisa dipungkiri, dominasi jeruk lokal mengalami kemerosotan. Jika secara umum permintaa