Hayooo, Siapa yang Suka Transaksi Emas Jelang Ramadhan? (Radar Jember, 16 Juli 2012, Hlm. 25))




Oleh: Khairunnisa Musari*

Sudah mau Ramadhan. Hayooo, siapa yang kalau menjelang bulan puasa suka bertransaksi emas? Coba deh perhatikan, kalau menjelang bulan puasa seperti saat ini, pasti tempat-tempat pegadaian semakin ramai. Nasabah pegadaian dapat dipastikan melonjak. Selain barang elektronik, banyak juga yang menggadaikan emasnya. Alasan yang kerap dikemukakan adalah untuk memenuhi kebutuhan di bulan puasa. Apalagi, bulan puasa ini berdekatan dengan tahun ajaran baru bagi anak-anak sekolah.
Selain pegadaian, toko emas di beberapa tempat juga menggeliat. Meski tidak seramai pegadaian, tetapi ada fenomena menarik yang bisa kita lihat di toko emas. Jika orang pergi ke pegadaian untuk menggadaikan emas dan kemudian mulai menyicilnya pasca lebaran, nah orang yang ke toko emas itu ternyata ada yang berperilaku kebalikan dari orang yang ke pegadaian. Ya, mereka ke toko emas untuk membeli emas dan kemudian menjualnya lagi setelah lebaran usai. Mmm, kira-kira untuk apa ya mereka melakukan hal demikian?
Bukan tak ada angin tak ada badai jika saya tiba-tiba menulis tentang emas. Tidak bisa kita pungkiri, emas saat ini sedang mengalami booming. Meski dalam beberapa bulan terakhir harga emas mengalami penurunan, tetapi banyak yang meyakini bahwa emas akan kembali memecahkan rekor. Sejak 2001, pertumbuhan harga emas memang menakjubkan. Nah, gara-gara menakjubkan itulah makanya emas bak gula yang dikerubutin semut. Banyak industri yang muncul yang menawarkan berbagai ragam investasi emas.

Madura dan Emas
Saya adalah orang Madura. Meski banyak kolega di Lumajang dan Jember yang meragukan saya seorang Madura, tapi kalau saya di Surabaya, Yogya atau Jakarta, banyak orang yang dengan mudah menodong pernyataan, “Kamu Madura ya!!!”. Logat saya memang menjadi tampak Madura jika sudah berkumpul dengan orang-orang bukan Madura. Tapi saya menjadi tidak tampak Madura jika berkumpul dengan orang-orang Madura.
Nah, di Lumajang, Jember dan Bondowoso ini banyak yang beretnis Madura kan. Saya pernah membaca sebuah kajian kualitatif yang menyatakan bahwa orang Madura punya kebiasaan menabung uang dalam bentuk emas. Saya melihat ada benarnya juga hasil kajian tersebut. Saya sering melihat orang Madura gemar memakai gelang atau kalung emas yang amat besar. Memang ini tidak boleh digeneralisir karena yang terpotret adalah fenomena yang terlihat dalam suatu waktu atau hanya pada suatu lokasi. Kalau mau menggeneralisir, ya idealnya harus menggunakan pendekatan kuantitatif. Tapi setidaknya kajian tersebut menunjukkan bahwa orang Madura cukup berorientasi pada emas.
Dalam sejarah ekonomi Islam, emas memang mendapat perhatian besar. Mata uang dinar yang berbasis emas diyakini sebagai mata uang terbaik karena nilainya sesuai intrinsik sehingga lebih stabil daripada fiat money. Namun demikian, stabil bukan berarti tidak mengalami inflasi, lho! Buktinya, di Jember, kenaikan harga emas sempat menjadi penyumbang inflasi tertinggi pada Februari 2012 lalu. Komoditas emas menyumbang inflasi 0,10 persen untuk angka inflasi 0,27 persen. Kenaikan ini meningkat seiring dengan meningkatnya harga emas dunia saat itu.
Nah, gara-gara banyak yang meyakini bahwa harga emas akan terus meningkat, kini ada gejala menjamurnya praktek bisnis investasi emas. Sudah sejak dua tahun lalu, saya sering menerima personal message yang menanyakan investasi emas di perusahaan X, Y, Z, dan lain-lain. Mereka yang bertanya kebanyakan justru yang tinggal di Jabodetabek. Hal ini menyiratkan bahwa kota metropolitan tengah digempur oleh beragam model bisnis investasi emas.
Berdasarkan pengalaman, jika pasar di kota metropolitan sudah mulai jenuh, maka pebisnis akan ekspansi ke daerah-daerah. Saya tidak tahu apakah bisnis demikian sudah masuk ke tapal kuda, terutama ke Lumajang, Jember, dan Bondowoso. Saya menulis artikel ini bermaksud untuk mengingatkan kepada siapa saja yang berorientasi pada investasi emas untuk selektif. Jangan mudah tergiur oleh tawaran imbal hasil tinggi atas sebuah bisnis yang berlabel investasi emas. Too good to be true. Tidak jarang kita menemukan pemberitaan tentang perusahaan investasi yang menjamin keuntungan besar dalam jangka waktu pendek yang ujung-ujungnya ternyata adalah money game. Fokus mereka bukan untuk memproduksi sesuatu atau aktifitas lain yang menghasilkan, tetapi lebih menekankan kepada member get member.

Ramadhan dan Pengendalian Diri
Seperti yang sudah-sudah, inflasi umumnya sulit lepas dari bulan Ramadhan. Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) biasanya akan sergap bekerja memantau inflasi. Fakta empirik menunjukkan permintaan sembako pada hampir seluruh mata rantai distribusi akan melonjak. Hal ini sebenarnya kontradiktif karena puasa yang sejatinya mengurangi konsumsi sembako, tetapi justru mengalami peningkatan permintaan sembako.
Bagi mereka yang menggadaikan atau menjual emas menjelang bulan Ramadhan, seharusnya tidak perlu pula menjadikan bulan ini sebagai beban keuangan sehingga mereka harus berkorban sedemikian rupa. Lain halnya jika mereka sengaja dengan tujuan meningkatkan nilai sedekah dan infak di bulan tersebut.
Bagi mereka yang membeli emas menjelang bulan Ramadhan dan menjualnya kembali setelah lebaran, seharusnya juga tidak perlu menjadikan bulan puasa atau lebaran sebagai ajang untuk menampilkan aset ketika bersilaturahmi. Hal-hal demikian tentu tidak dibenarkan karena dapat menimbulkan kecemburuan sosial.
Bagi mereka yang berorientasi pada emas, tentu tidak dilarang jika bermaksud untuk menabung. Menabung ya, bukan menimbun! Islam melarang penimbunan. Harta harus berputar di sektor riil agar terdistribusi.
Bagi mereka yang tergiur dengan investasi emas, berhati-hatilah. Pergerakan harga emas sulit ditebak belakangan ini. Wacana tentang emas yang tengah mengalami bubble perlu diperhatikan. Jangan manfaatkan gadai emas sebagai jalan berinvestasi emas dengan aksi spekulasi. Kendati terbukti andal mengimbangi inflasi, investasi emas bukan tanpa risiko. Volatilitasnya cukup tajam dalam jangka pendek. Silahkan menabung emas dengan tujuan untuk berjaga-jaga. Emas sejatinya berfungsi sebagai alat pembayaran, bukan alat spekulasi. Yang terbaik tetaplah kembali pada sektor riil. Mumpung Ramadhan, yuk kita belajar mengendalikan diri...!

Komentar

  1. mba iis,,saya buka web nya si antam,,,memang agak mengalami penurunan,,,banyak yang komen di fb nya antam,,harga nya kok merosot sih,,,kesenangan yang mau membeli,tapi nyegir yang waktu beli harga nya mahal,,sebetul nya sih aku mau mba,,cuma kaya nya ga bisa diwakil kan deh,harus saya yang langsung transaksi,,belum ada orang yg tepat sya delegasikan dalam membeli emas,,,motivasi saya tentu bukan buat gaya gayaan,,,nilai emas kalao ga salah ga akan termakan sama nilai inflasi kan mba,,,,insya allah it will be mine,,,,

    BalasHapus

  2. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KENITU (Radar Jember, Perspektif, 17 April 2010, Hlm. 1)

2020, Menuju Less Cash Society (JemberPost.Net, 15 November 2019)

Kebangkitan Sukuk sebagai Instrumen Moneter (Harian Bisnis Indonesia, 25 November 2011)