LITERASI KEUANGAN PEREMPUAN (Jawa Pos, 28 Desember 2013, Hlm. 4)

Oleh: Khairunnisa Musari*

Prioritas pembangunan yang harus dicapai pada tahun 2015 dalam Millenium Development Goals (MDG’s) adalah mendorong pemberdayaan perempuan, Indonesia dalam hal pendidikan telah mencapai kemajuan dalam meningkatkan kesetaraan dan keadilan antara penduduk laki-laki dan perempuan. Ditengah deru kemajuan, perempuan Indonesia masih mengalami banyak ketertinggalan di bidang ekonomi. Akses perempuan terhadap lembaga keuangan masih rendah. Dalam struktur angkatan kerja, perempuan memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah daripada laki-laki.
Studi International Network and Financial Education (INFE) dan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) tahun 2013 berjudul Addressing Women’s Needs for Financial Education menunjukkan kebutuhan akan literasi keuangan bagi perempuan sangat akut dalam isu kesetaraan gender.
Studi ini menunjukkan, perempuan tidak hanya memiliki pengetahuan keuangan yang lebih rendah, tetapi juga memiliki kurang ketertarikan sekaligus kurang kepercayaan diri dan keterampilan terhadap masalah keuangan dibanding laki-laki. Meski perempuan lebih baik dalam menjaga keuangan daripada laki-laki.
Di negara berkembang, termasuk Indonesia, perempuan cenderung menabung secara informal dibanding laki-laki. Ketika hendak memilih produk keuangan, wanita cenderung kurang piawai dalam memilih lembaga keuangan atau layanan keuangan yang sesuai dengan kebutuhannya, termasuk untuk mengambil keputusan keuangan.

Rentan Sampai Tua  
Survei yang dilakukan Bank Indonesia (BI) pada 2012 menunjukkan, literasi keuangan di Indonesia dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan, gender, dan jarak rumah ke kantor cabang bank. Hasil survei juga menunjukkan perempuan lebih dominan dalam mengelola keuangan meskipun laki-laki lebih paham tentang keuangan.
Senada dengan itu, survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2013 memperlihatkan literasi keuangan di kalangan perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki. Survei yang dilakukan di 20 provinsi dan diikuti 8 ribu responden itu menunjukkan hanya 19 persen perempuan yang memiliki keterampilan, pengetahuan, dan perilaku literasi keuangan. Jumlah itu lebih sedikit dibanding laki-laki yang memiliki literasi keuangan sebesar 25 persen.
Di sisi lain, perempuan berusia di atas 60 tahun di Indonesia lebih besar dibandingkan laki-laki. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2009 menunjukkan ada 10,4 juta lanjut usia (lansia) perempuan dan 8,8 juta lansia laki-laki. Sebagian lansia perempuan itu telantar dan menerima bantuan pemerintah. Berdasarkan catatan Kementerian Sosial tahun 2011, penerima jaminan sosial lansia sebesar 71 persen perempuan dan sisanya laki- laki. Banyaknya lansia perempuan ini kian mengukuhkan bahwa literasi keuangan menjadi keniscayaan bagi perempuan muda dan produktif untuk mempersiapkan masa tua agar tidak termarjinalkan.
Bagi pekerja migran Indonesia, literasi keuangan menjadi penting dalam rangka meningkatkan kemampuan pengelolaan dana remitansi yang mereka kirim ke Indonesia.
Kajian Hung, Yoong & Brown (2012) berjudul Empowering Women Through Financial Awareness and Education menunjukkan rendahnya literasi keuangan perempuan memiliki potensi untuk mengurangi: (1) partisipasi aktif perempuan dalam ekonomi; (2) kekuatan ekonomi rumah tangga; (3) transmisi pengetahuan kepada generasi masa depan; dan (4) memperburuk kesenjangan sosial. 

Hidup Lebih Lama
Dengan demikian, perempuan sebagai individu memiliki kepentingan untuk meningkatkan literasi keuangan dalam rangka memperbaiki manajemen keuangan secara personal dan mengembangkannya melalui pemilihan produk dan jasa keuangan yang sesuai dengan kebutuhan. Sebagai istri, perempuan memiliki kepentingan untuk terampil mengelola anggaran rumah tangga sehingga dapat mengalokasikan dana yang cukup bagi anggota keluarga untuk mengakses layanan dasar pendidikan dan kesehatan yang memadai.
Perempuan perlu ditarget untuk memiliki literasi keuangan memadai karena memiliki tanggung jawab besar dalam pengelolaan sumber keuangan keluarga, selain juga karena memiliki harapan hidup lebih lama daripada pria.
Manfaat literasi keuangan mungkin dapat digambarkan dengan kisah sukses seorang perempuan yang baru saja menerima penghargaan dari sebuah perusahaan asuransi nasional terkemuka di Indonesia. Ia adalah orangtua tunggal dari tiga anak yang menjadi salah satu peserta dari 12 ribu perempuan di 14 kota di Indonesia yang mengikuti program Financial Literacy dari perusahaan asuransi tersebut. Melalui pendampingan dan menerapkan dasar-dasar pendidikan keuangan untuk rumah tangga, ia berhasil menyekolah tiga anaknya di sekolah unggulan dan dapat merenovasi rumah yang sebelumnya tidak dapat dia wujudkan

Perempuan sebagai guru pertama dan utama bagi buah hatinya memiliki tanggung jawab untuk memberikan pendidikan keuangan sejak dini agar si kecil terampil keuangan. Ya, edukasi keuangan akan efektif jika diperkenalkan sejak dini dan diyakini menjadi jalan ampuh untuk meningkatkan kecerdasan dan mengakselerasi pemberdayaan perempuan dalam memperbaiki kesejahteraan hidup diri, keluarga, dan masyarakat.

Komentar

  1. Thanks infonya menarik banget. Oiya ngomongin keuangan wanita, tau ga sih temen-teman kalo ada kesalahan besar yang sering dilakukan kaum hawa saat mengelola keuangannya? Dan itu wajib banget dihindari! Cek di sini ya: Kesalahan terbesar wanita dalam mengelola uang

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KENITU (Radar Jember, Perspektif, 17 April 2010, Hlm. 1)

2020, Menuju Less Cash Society (JemberPost.Net, 15 November 2019)

Kebangkitan Sukuk sebagai Instrumen Moneter (Harian Bisnis Indonesia, 25 November 2011)