Kakao dan Cokelat Unggulan Jember (Perspektif, Jawa Pos Radar Jember, 16 September 2013, Hlm. 25)

Terimakasih Madha dah dikirimin foto artikel koran dengan gambar yang lebih baik :-)

Judul Asli: Menggagas Kakao dan Cokelat sebagai Komoditas Unggulan Jember, Mungkinkah?

Oleh: Khairunnisa Musari

Bukan tiba-tiba jika saya ingin kembali menulis tentang kakao dan cokelat. Sejak lebaran kemarin, kakao dan cokelat memang sudah membayangi isi kepala saya untuk dituangkan dalam tulisan. Berawal dari hadiah parsel kue dari Dokter Dita, seorang Spesialis Kandungan, yang berupa kurma isi mente berlapis cokelat kepada suami saya. Tak lama berselang, Dokter Rini, seorang Spesialis Patologi Klinis, yang juga bersuamikan Dokter Hasan, seorang Spesialis Tulang, kembali memberikan 3 kotak tempat makan plastik yang masing-masing berisikan cokelat dengan varian berbeda untuk putri-putri saya.  
Setelah itu, lagi-lagi kami memperoleh hadiah cokelat. Kali ini dari sahabat saya Madha Yudi, seorang pegawai di Inspektorat Kabupaten Jember, yang mengirimkan setoples cokelat buatan Puslitkoka (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia). Madha tidak tahu bahwa kami sebenarnya sering membeli cokelat Puslitkoka. Nah, lebaran kemarin, Madha ternyata memborong cokelat untuk dikirimkan kepada sejumlah temannya yang berada di luar kota, salah satunya adalah untuk putri-putri saya. “Biar sekalian memperkenalkan cokelatnya Jember, Mbak Iis,” katanya.



Terakhir, awal September, usai mengikuti rangkaian kegiatan OJK Goes to Pesantren di Ma’had Tahfizh Qur’an Ibnu Katsir, tiba-tiba seorang teman di jejaring Fesbuk yang belum pernah saya temui di dunia nyata, mendatangi saya dan menyerahkan 5 toples cokelat dengan warna yang berbeda.   
“Lho, kok tiba-tiba ngasih cokelat sampai banyak begini? Apa maksudnya nih?” tanya saya pada Mas Ahmad Nur Hasan.
“Saya ingin menunjukkan cokelat buatan saya ke Mbak Iis. Mbak Iis bisa menyicipi cokelat ini. Saya ingin buktikan bahwa saya sungguh-sungguh ingin membuat cokelat khas Jember. Kita belum punya produk cokelat khas sini, Mbak. Padahal ada Puslitkoka. Saya butuh masukan Mbak Iis,” tuturnya.
“Masukan seperti apa yang Mas Ahmad butuhkan dari saya? Tentang bagaimana menjualnya? Tentang pengemasannya? Atau tentang bagaimana memperoleh bubuk kakaonya? Apa enggak salah minta masukan ke saya? Ini bukan bidang saya. Mmm... buat cokelat ini, bubuk kakaonya beli di mana? Produknya siapa?” tanya saya bertubi-tubi.
“Beli di toko, Mbak. Ya... bubuk kakaonya ya seperti yang banyak di jual di toko-toko itu, Mbak. Iya Mbak, saya butuh masukan apa saja dari Mbak Iis. Apa saja. Semuanya...,” jawab Mas Ahmad.
Hmfhhhh...
Baru kali ini saya memperoleh hadiah cokelat dengan perasaan berbeda. Menyicipi cokelat pemberian Mas Ahmad selalu diikuti dengan perasaan campur aduk dan pikiran yang melanglang buana. Urusan rasa, agar objektif, saya minta suami dan anak-anak untuk menyicipinya. Semua satu suara. ENAK. Cokelat tersebut kini masih banyak bersisa. Sengaja dihemat karena cokelat itu bukan hadiah, tetapi ada amanah di baliknya. Saya berharap akan ada sesuatu yang bisa saya sharing kepada Mas Ahmad sebelum cokelat itu benar-benar habis dicicipi oleh banyak orang.
Jujur saja, setiap kali melihat 5 toples cokelat tersebut, yang terbayang di wajah saya adalah Pak Mirfano, Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (Dinkop & UMKM) Kabupaten Jember. Setahun lalu, saya diundang Pak Mirfano dalam Cocoa Morning di Fakultas Ekonomi Universitas Jember. Semangatnya dalam menggagas kakao sebagai komoditas unggulan Jember dan upayanya untuk membumikan minuman cokelat agar menjadi minuman sehari-hari sekelas kopi atau susu patut diapresiasi. Bahkan, upaya beliau   saat itu untuk mengumpulkan stakeholders dari industri kakao di Jember untuk menyamakan visi misi, sangat saya hargai. Saya tidak tahu bagaimana progres dari wacana yang beliau paparkan untuk mengangkat kakao dan cokelat sebagai ikon baru bagi Jember itu.
Setelah lama tak memperoleh kabar berita dari Pak Mirfano dan sempat terpikir bahwa gagasan tersebut mungkin pupus, tiba-tiba kembali saya dipertemukan dengan Ketua Asosiasi Petani Kakao Indonesia (APKAI) Pusat. Saya juga tidak tahu mengapa Sang Ketua APKAI belanin menemui saya jauh-jauh ke Lumajang, padahal kami tidak pernah saling mengenal. Usai mengikuti Simposium Nasional tentang Kakao selama lima hari di Padang, Ketua APKAI meluangkan datang ke rumah Lumajang sebelum pulang kembali ke daerah asalnya di Blitar. Lagi-lagi gagasan tentang kakao dan cokelat yang dituturkannya pada saya. Kali ini, gagasannya adalah menjadikan Jember sebagai pilot project untuk membangun industri hilir kakao.
Dukungan yang beliau inginkan dari saya hanyalah sebuah proposal. Berbekal keinginan untuk dapat memberi nilai tambah bagi petani dan produknya melalui penyediaan infrastruktur dan edukasi untuk menjadikan produk biji kakao menjadi produk setengah jadi, kemudian menciptakan pasar dometik melalui sejumlah diversifikasi lini usaha sebagai percontohan dalam membangun industri hilir kakao, serta keinginan untuk menjadikan petani berjaya dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri melalui jaminan pasar dan harga jual petani yang kompetitif dengan harga pasar internasional sehingga dapat meningkatkan nilai tukar petani (NTP) kakao, saya tentu dengan sukacita membantu misi mulia tersebut dalam tulisan.
Tapi... lagi-lagi semangat membara itu tak terhirup kembali. Saya juga tidak tahu bagaimana progres dari cita-cita untuk menjadikan kakao dan cokelat menjadi komoditas unggulan di tapal kuda ini. Sampai akhirnya, dalam dua bulan terakhir ini, beruntun saya memperoleh hadiah cokelat dari orang-orang istimewa. Dan... pemberian 5 toples dari Mas Ahmad membuat saya berkeinginan kuat untuk menyapa kembali mereka-mereka yang pernah menggagas kakao dan cokelat sebagai ikon baru komoditas unggulan Jember dan sekitarnya.
Sebagai salah satu komoditas perkebunan yang penting bagi perekonomian nasional, potensi kakao sesungguhnya belum tergarap secara optimal. Banyaknya perusahaan asing yang melirik bisnis kakao di Indonesia menunjukkan bahwa bisnis ini sesungguhnya merupakan lahan subur untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Setidaknya ada tiga alasan utama bagi Kabupaten Jember untuk merespon kakao sebagai salah satu ikon daerah yang baru.
Pertama, Jember selama ini lebih dikenal sebagai kota tembakau. Namun mengingat prospek tembakau yang selalu sarat kontroversi, pemerintah daerah tampaknya perlu mencari ikon baru yang dapat mengangkat keunggulan potensi lokal ke kancah nasional dan dunia.
Kedua, Jember memiliki potensi sebagai pemasok kakao hasil perkebunan rakyat. Bahkan di hampir semua wilayah tapal kuda juga ikut menjadi pemasok. Sayang, produksi kakao Jember menunjukkan kecenderungan turun. Padahal, Jember sebelumnya merupakan penopang utama produksi kakao Indonesia yang dikirim ke Amerika dan Eropa. Setidaknya ada 6 lokasi di wilayah Jember yang memiliki karakter geografis yang sesuai untuk dijadikan lahan pengembangan kakao. Mumbul Sari, Umbul Sari, Keputren, Kotta Blater, Jenggawah, dan Silo adalah wilayah yang sementara ini terpetakan dapat menjadi sentra produsen kakao.   
Ketiga, kehadiran Puslitkoka merupakan faktor utama sekaligus faktor unggulan yang seharusnya mampu menjadikan Jember eksis dalam industri kakao nasional dan internasional. Visi Indonesia yang ingin menjadi produsen kakao terbesar di dunia merupakan trigger bagi Jember untuk muncul dalam ranah global. Industri kakao harusnya dapat mengambil peran dalam mendorong pengembangan wilayah dan agroindustri.

Ya, semoga sapa melalui tulisan ini dapat kembali menggugah semangat dari stakeholders untuk bersilaturahim dan bertukar pikiran untuk kembali merapikan tebaran puzzle tentang bagaimana mengembangkan kakao dan cokelat sebagai komoditas unggulan daerah. Paling tidak, mohon dukungannya agar Mas Ahmad-Mas Ahmad di wilayah ini yang memiliki keinginan kuat untuk menjadikan cokelat sebagai produk unggulan daerah dapat terwujud. Wallahua’lam bish showab.

Komentar

  1. Assalamualaikum... saya wafi warga jember saya sangat berminat mempromosikan produk unggulan asli jember ke luar negeri kususnya ke negeri jiran Malaysia mohon dukungannya langkah apa yang harus saya lakukan juga masukan dari ibu yang bisa jadi bekal untuk saya, dari segi penghasilan selain dari saya mencari nafkah untuk anak dan istri juga untuk kelangsungan biaya sekolah anak2 yatim/piatu dan terlantar di bawah pengawasan yayasan kami dalam persekolahannya (www.yasiby.blogspot.com)
    Mohon masukan atau bimbingan untuk saya memperoleh peluang2 usaha yang kaitannya produk2 asli jember.
    Terima kasih sebelumnya.
    Kurang lebihnya mohon maaf.

    Wassalam.

    BalasHapus
  2. Kami Jingga A Raya perusahaan profesional penyedia jasa Coating, Epoxy Flooring, waterproofing, dan supplier bagi segala kebutuhan industri dll
    Pengalaman kami untuk hasil terbaik Anda

    Silahkan berkunjung ke website kami : www.jinggaraya.com

    Kami melayani seluruh area Indonesia

    #epoxysemarang #epoxysolo #epoxyyogyakarta #epoxyjawatengah #epoxysurabaya #epoxymalang #epoxysidoarjo #epoxymojokerto #epoxyjawatimur #epoxybandung #epoxypurwakarta #epoxycirebon #epoxyjawabarat #epoxyserang #epoxytangerang #epoxybanten #epoxyjakarta #epoxylampung #epoxysumatra #epoxybali #epoxykalimantan #epoxysulawesi #epoxyindonesia #epoxykita

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KENITU (Radar Jember, Perspektif, 17 April 2010, Hlm. 1)

2020, Menuju Less Cash Society (JemberPost.Net, 15 November 2019)

Kebangkitan Sukuk sebagai Instrumen Moneter (Harian Bisnis Indonesia, 25 November 2011)