RUMPUN AKSARA UNTUK ANAK INDONESIA (Radar Jember, Perspektif, 24 Juli 2010)


Oleh: Khairunnisa Musari

Beberapa waktu lalu, ketika liburan anak sekolah, saya menjanjikan anak-anak untuk mengunjungi sebuah taman bacaan di Desa Panti, Kecamatan Panti, Kabupaten Jember. Dengan modal dua kardus kecil berisi buku-buku pelajaran sekolah bekas, kertas mewarnai, dan sejumlah aneka bacaan, saya mengajak anak-anak berkunjung ke sana.

Taman bacaan yang kami kunjungi itu bernama Rumpun Aksara. Untuk mencapai lokasi, kami harus melewati jalan setapak, melalui kandang sapi, kambing, dan rumah-rumah penduduk. Taman bacaan yang berangkat dari ide Rumah Dunia milik Gola Gong, penulis novel Balada Si Roy, memang bertempat di tengah-tengah pemukiman penduduk desa yang cukup padat.

Jangan bayangkan taman bacaan Rumpun Aksara semegah taman bermain di kota-kota besar. Jika Rumah Dunia mempunyai empat bangunan sederhana untuk perpustakaan anak-anak dan remaja, teater terbuka, dan tempat diskusi, maka Rumpun Aksara hanya memiliki 2 bangunan kecil sederhana. Yang satu, dengan ukuran sekitar 2 x 2 meter berdinding bambu, menumpang pada rumah tinggal. Yang satunya lagi berupa pendopo bambu dengan ukuran sekitar 4 x 5 meter yang menjadi tempat terbuka bagi anak-anak yang sedang berkegiatan.

Pesan penting yang ingin saya sampaikan dari cerita ini adalah keberadaan Rumpun Aksara sebagai salah satu bentuk pendidikan berbasis masyarakat yang berperan dalam menyebarluaskan ilmu pengetahuan. Pendidikan berbasis masyarakat merupakan salah satu wujud dari desentralisasi pendidikan dan konsep otonomi daerah.

Mengapa swadaya masyarakat untuk membuka akses terhadap ilmu pengetahuan harus dilakukan? Ya, kita tentu tidak ingin menjadi masyarakat pasif yang sekedar menunggu uluran tangan pemerintah yang selalu punya alasan untuk kurang intens dan kurang trengginas dalam memenuhi hak atas pendidikan rakyat yang diamanatkan konstitusi.

Hal ini pulalah yang tampaknya dipahami Rumpun Aksara. Dengan berbekal jaringan teman, donatur, dan swadaya seadanya, Rumpun Aksara mengumpulkan berbagai macam buku untuk dijadikan perpustakaan mini. Menariknya, Rumpun Aksara mampu menghimpun sejumlah eksiklopedia yang padat ilmu yang diperoleh dengan harga sangat murah di toko-toko buku loak di Malang dan Surabaya. Dari perpustakaan inilah, aktivis di dalamnya mengajarkan anak-anak berbagai banyak hal. Anak-anak diajarkan bagaimana membaca puisi, menggambar, mendongeng, bekerja sama, dan diajak untuk meraih cita setinggi langit.

Mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jember, jumlah penduduk berusia 5 tahun keatas yang tidak/belum tamat SD di Kecamatan Panti, berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000, sesungguhnya tidak sebesar kecamatan lain seperti Bangsalsari, Sumberbaru, dan Wuluhan yang mencapai hampir 2 kali lipatnya. Namun mengingat minimnya akses masyarakat, terutama anak-anak, terhadap ilmu pengetahuan, maka kebutuhan untuk mengaksesnya sangat besar di Kecamatan Panti.

Sekilas, kegiatan di taman bacaan Rumpun Aksara tampak sepele. Tapi percayalah, hal yang tampak kecil ini jika dapat berlangsung secara kolektif dan simultan, maka akan memberi dampak yang signifikan bagi generasi masa depan. Dari budaya membaca, akan tercipta anak-anak yang berpengetahuan luas, dapat berpikir kritis, dan berwawasan global. Dengan terbukanya jendela-jendela ilmu pengetahuan, diharapkan generasi mendatang akan dapat berdiri dengan kaki tangannya sendiri.

Ya, cara berpikir untuk mandiri dan berdiri dengan kaki tangannya sendiri adalah barang mahal di negeri ini. Cara berpikir instan menjadi salah satu mental yang membuat bangsa ini tidak produktif. Rendahnya tingkat pendidikan menjadi salah satu indikator betapa sumber daya insani negeri ini membutuhkan peningkatan akses terhadap ilmu pengetahuan. Faktor kemiskinan merupakan problem utama bagi masyarakat untuk mengaksesnya.

Tidak bisa dipungkiri, karena faktor ekonomilah, tidak semua anak memiliki akses yang memadai terhadap ilmu pengetahuan. Karena minimnya ilmu pengetahuan pula, banyak anak di masa dewasanya yang tak mampu mandiri dalam berekonomi. Atas dasar realitas inilah, maka dibutuhkan peran serta masyarakat untuk menyediakan jendela-jendela ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan, diharapkan generasi mendatang memiliki kemampuan yang lebih baik untuk membangun kemandiriannya dalam berekonomi. Dengan ilmu pengetahuan, diharapkan generasi mendatang dapat melepaskan diri dari ketergantungan dan dapat membangun kedigdayaan ekonomi nasional.

Ke depan, pemerintah daerah perlu meningkatkan perannya untuk mendorong implementasi pendidikan berbasis masyarakat. Sebagaimana tema peringatan Hari Anak Nasional 23 Juli kemarin, yaitu Gerakan Nasional Indonesia Sayang Anak, maka sepantasnya anak-anak Indonesia diberi kesempatan yang lebih luas untuk mengakses ilmu pengetahuan. Semoga tak perlu waktu lebih lama bagi Rumpun Aksara untuk membiakkan cinta dan cita bagi anak Indonesia kepada yang lainnya. Selamat Hari Anak Nasional!

Komentar

  1. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KENITU (Radar Jember, Perspektif, 17 April 2010, Hlm. 1)

2020, Menuju Less Cash Society (JemberPost.Net, 15 November 2019)

Kebangkitan Sukuk sebagai Instrumen Moneter (Harian Bisnis Indonesia, 25 November 2011)