TEMBAKAU DAN KESEHATAN (Radar Jember, Perspektif, 20 Maret 2010, Hlm. 1)

Oleh: Khairunnisa Musari*

Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mengeluarkan fatwa haram mengenai hukum merokok. Sebelumnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun telah menerbitkan fatwa senada. Sejumlah kalangan memastikan bahwa fatwa tersebut tidak mempengaruhi kinerja petani tembakau. Namun saya melihat cepat atau lambat hal tersebut akan memberi imbas, baik langsung maupun tidak langsung.

Tembakau adalah primadona petani Jember. Bagi Jember, tembakau adalah ikon sekaligus sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang signifikan. Diperkirakan ada sekitar 80 ribu tenaga kerja yang terserap dalam usaha pertembakauan ini.

Namun demikian, eksistensi usaha pertembakauan di Jember terindikasi mengalami pelemahan. Hal ini tercermin dari menurunnya volume ekspor, berkurangnya jumlah eksportir aktif, tidak terpenuhinya sejumlah permintaan, menyusutnya luas lahan yang ditanami tembakau, dan semakin banyak eksportir yang mengalihkan bisnis ke luar kota Jember.

Tembakau dan Kesehatan
Selama ini, tembakau memang identik dengan rokok. Para pakar kesehatan sepakat bahwa rokok berbahaya bagi kesehatan manusia. Hal inilah yang menjadi salah satu argumen utama bagi MUI dan PP Muhammadiyah mengeluarkan fatwa haram merokok.

Jika disimak, sesungguhnya tembakau juga memiliki manfaat. Setidaknya bagi industri farmasi dan dunia kedokteran, tembakau tidak lagi identik dengan rokok. Seorang peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan bahwa tembakau dapat digunakan sebagai reaktor penghasil Growth Colony Stimulating Factor (GCSF). GCSF adalah hormon penting dalam menghasilkan protein anti-kanker, menstimulasi produksi darah, dan memperbanyak sel tunas.

Temuan lain yang dirilis Jurnal BMC Biotechnology juga menunjukkan bahwa tembakau yang dimodifikasi secara genetik dapat memproduksi obat anti-radang dan mencegah diabetes melitus tipe 1. Ilmuwan dari beberapa lembaga penelitian Eropa saat ini tengah membuat tembakau transgenik yang memproduksi protein anti-radang yang ampuh dan dapat merangsang aktifnya sel-sel kekebalan tubuh.

Bagaimana tembakau dapat menghasilkan hal tersebut? Ringkasnya begini, tembakau difungsikan sebagai media produksi. Kode genetik dalam tubuh dipindahkan ke tembakau melalui bakteri. Pada saat masuk, tanaman tembakau akan membuat protein sesuai kode genetik yang telah dimasukkan. Ketika panen, maka akan dihasilkan daun-daun yang mengandung banyak protein dengan kode tersebut. Melalui proses ekstraksi akan diperoleh protein murni.

Tidak hanya itu, Proceedings of the National Academy of Sciences juga merilis temuan bahwa tembakau berpotensi menghasilkan protein obat human immunodeficiency virus (HIV) penyebab AIDS. Di alam, satu-satunya sumber protein tersebut adalah alga merah yang ada di pantai Selandia Baru. Alga ini tumbuh dalam jumlah sangat kecil sehingga tidak dapat dipanen secara efektif. Sedangkan berbagai rekayasa genetis lainnya membutuhkan biaya yang sangat besar. Para ilmuwan kemudian berpaling pada virus untuk memproduksi protein obat HIV tersebut. Virus mosaik tembakau (TMV) yang biasanya menginfeksi tembakau kini dapat dijadikan alat untuk memproduksi obat HIV. Tubuh TMV diinjeksikan gen alga merah agar menghasilkan protein obat HIV.

Secara keseluruhan, berbagai temuan ini sangat bermanfaat bagi sistem produksi protein kesehatan karena menawarkan kemungkinan produksi massal skala besar dengan biaya rendah. Yang lebih penting lagi, temuan ini dapat membantu melanjutkan masa depan para petani tembakau.

Pemkab & Unej
Setidaknya ada 2 opsi yang dapat kita lakukan untuk melindungi eksistensi petani tembakau di Jember. Pertama, mencari pasar baru. Kedua, mengalihkan usaha. Dalam opsi pertama, kita harus memiliki peta industri yang membutuhkan bahan baku tembakau. Tembakau tidak lagi harus disalurkan pada industri rokok. Bersikukuh mempertahankan tembakau hanya untuk memenuhi permintaan industri rokok tidak akan memberi keterampilan baru bagi petani dalam mengeksplorasi tembakau.

Pada opsi kedua, kita perlu membuat program alih usaha dan pembinaan. Bagi petani tembakau yang ingin beralih usaha, maka Pemkab dapat memfasilitasi bantuan program sekaligus pendampingan agar petani memperoleh keterampilan baru dalam usaha pertanian lain.

Yang tidak kalah penting, Universitas Jember (Unej) sebagai agent of development harus mengambil peran dalam menyelamatkan usaha pertembakauan di Jember. Bukankah Unej memiliki Fakultas Pertanian, Kedokteran, dan Farmasi? Dalam menindaklanjuti berbagai riset manfaat tembakau terhadap kesehatan masyarakat, rasanya bukanlah mimpi di siang bolong jika kita berharap sinergi dari dunia akademis dapat menghasilkan terobosan yang menjembatani petani tembakau dalam mengakses teknologi untuk kemudian menjadi pemasok industri farmasi dan dunia kedokteran. Wallahu’alam bishowab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KENITU (Radar Jember, Perspektif, 17 April 2010, Hlm. 1)

2020, Menuju Less Cash Society (JemberPost.Net, 15 November 2019)

Kebangkitan Sukuk sebagai Instrumen Moneter (Harian Bisnis Indonesia, 25 November 2011)