PROSPEK SUKUK GLOBAL 2010 (Harian Kontan, 4 Januari 2010, Hlm. 16)

Oleh: Khairunnisa Musari (Mahasiswa S3 Ilmu Ekonomi Islam, Unair, Surabaya)


Ketika krisis keuangan global terjadi akibat subprime mortgage di Amerika Serikat (AS), penerbitan sukuk di seluruh dunia juga menerima imbas. Hingga 2009, penerbitan sukuk global masih mengalami penurunan volume. Di penghujung tahun, kasus Dubai World kian mewarnai pasang surut penerbitan sukuk global. Bagaimana prospek sukuk global pada 2010?


Mulai tahun 2000, pasar sukuk global mengalami pertumbuhan dari USD 2,2 miliar hingga menjadi USD 31 miliar pada 2007. Namun akibat krisis keuangan global, pasar sukuk global turun menjadi USD 15 miliar pada tahun 2008.

IFIS (2009) mencatat, penerbitan sukuk global pada Semester I 2009 masih berkisar USD 9,23 miliar atau 20 persen lebih rendah daripada periode yang sama tahun 2008 yang juga mengalami kejatuhan hingga 54 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, S&P’s (2009) mencatat pelemahan pasar sukuk pada 7 bulan pertama di tahun 2009 masih berlanjut dengan ekspansi senilai USD 9,3 miliar.

Perkembangan terbaru dirilis Bank Indonesia (2009) yang melaporkan bahwa seiring dengan optimisme pemulihan ekonomi dunia, pasar sukuk global sudah mulai menunjukkan rebound pada Triwulan III 2009. Total nilai penerbitan sukuk pada periode ini mencapai USD 12 miliar atau tumbuh 79,6 persen dibandingkan penerbitan pada Triwulan II 2009 yang senilai USD 6,68 miliar. Bahkan, nilai penerbitan sukuk pada Triwulan III ini tumbuh hingga 230,6 persen lebih besar dibandingkan nilai penerbitan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar USD 3,63 miliar.


Dalam laporan yang sama, diketahui bahwa penerbitan sukuk pada Triwulan III 2009 masih didominasi oleh quasi sovereign sukuk senilai USD 6,57 miliar dan sovereign sukuk senilai USD 3,61 miliar. Sedangkan penerbitan corporate sukuk relatif sedikit, yaitu sekitar USD 1,82 miliar. Dibandingkan Triwulan sebelumnya, penerbitan quasi sovereign sukuk, sovereign sukuk, dan corporate sukuk tumbuh masing-masing sekitar 185 persen, 24,8 persen, dan 22,85 persen.


Indonesia 2009
Sukuk global secara perdana telah diterbitkan pemerintah Indonesia pada April 2009. Sukuk berdenominasi valas sebesar USD 650 juta dengan imbal hasil tetap 8,8 persen tersebut berjatuh tempo 5 tahun. Penawaran yang masuk mencapai USD 4,6 miliar dari 230 investor dengan oversubscription hingga tujuh kali. Secara geografis, para investor terdistribusi di Timur Tengah sekitar 30 persen, Asia -termasuk Indonesia- 40 persen, AS 19 persen, dan Eropa 11 persen. Berdasarkan jenisnya, para investor terdiri dari fund managers sekitar 45 persen, bank 37 persen, investor ritel 14 persen, serta asuransi dan dana pensiun 4 persen.


Pada tahun 2009, Indonesia untuk pertama kalinya juga mencatatkan diri masuk dalam empat besar negara-negara penerbit sukuk terbesar di dunia. Selama ini yang masuk dalam empat besar dunia adalah Malaysia, United Arab Emirates (UAE), Bahrain, dan Arab Saudi. Berdasarkan rilis data S&P’s (2009), Indonesia dalam 7 bulan pertama di tahun 2009 berhasil memposisikan diri masuk dalam empat besar negara penerbit sukuk terbesar di dunia bersama Malaysia, Saudi Arabia, dan Bahrain.


Prospek 2010
Pada Juni 2010, pemerintah kembali berencana menerbitkan sukuk global dengan target indikatif sementara sebesar USD 750 juta. Penerbitan sukuk global ini tidak lepas dari kebutuhan pemerintah untuk menutup defisit anggaran sekaligus membayar sejumlah utang jatuh tempo. Sebagaimana diberitakan, dari total kebutuhan pembiayaan 2010 sebesar Rp 236,13 triliun, hanya Rp 2,46 triliun yang merupakan pembiayaan nonutang. Adapun sisanya akan ditarik dari beberapa sumber seperti penerbitan obligasi negara Rp 175,06 triliun, pinjaman program Rp 24,44 triliun, pinjaman proyek Rp 33,13 triliun, dan pembiayaan dalam negeri dari perbankan nasional sebesar Rp 1 triliun.


Untuk 2010, prospek penerbitan sukuk global Indonesia sangat menjanjikan. Hal ini setidaknya tercermin dari lima kondisi berikut. Pertama, pascakrisis keuangan global, pelemahan pasar sukuk terjadi paling signifikan pada negara-negara Gulf Cooperation Council (GCC). Saat ini, pemulihan baru terjadi di South East Asia. Sedangkan di GCC, pemulihan diperkirakan baru terjadi pada Kuartal I 2010. Ini artinya, pasar sukuk global pada 2010 akan menggeliat seiring pulihnya perekonomian pada hampir semua negara yang memiliki pasar sukuk terbesar.


Kedua, penangguhan utang jatuh tempo dari Dubai World berpotensi menarik investor Timur Tengah ke Indonesia. Meski moratorium utang tersebut berpeluang meningkatkan nilai imbal hasil (yield), namun adanya jaminan pemerintah Indonesia terhadap sukuk negara diyakini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi investor di kawasan minyak tersebut.


Ketiga, keberhasilan Indonesia pada 2009 masuk dalam jajaran empat besar negara penerbit sukuk terbesar di dunia menunjukkan bahwa Indonesia ke depan layak diperhitungkan sebagai poros keuangan syariah Asia Tenggara dan menjadi salah satu negara penting dalam keuangan syariah dunia. Dengan dasar ini, pemerintah pada 2010 berpeluang untuk semakin menarik investor masuk ke pasar sukuk global Indonesia.


Keempat, krisis keuangan global menyebabkan rentannya kondisi pasar sukuk korporasi. Jatuhnya jumlah penerbitan sukuk korporasi secara signifikan sepanjang 2009 dan meningkatnya permintaan sukuk negara mengindikasikan investor saat ini cenderung berhati-hati atas kemungkinan default sukuk korporasi dan prefer dengan sukuk negara. Hal ini diperkirakan masih akan berlanjut pada 2010 meski upaya pemulihan juga terus berjalan.


Kelima, meski belum dapat dipastikan waktu realisasinya, namun rencana pemerintah untuk mengembangkan sukuk berbasis proyek pada 2010 akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi investor. Banyaknya kebutuhan proyek infrastruktur di Indonesia merupakan sarana investasi yang lebih menarik bagi investor asing dibanding pemanfaatan sukuk yang sekedar menambal defisit anggaran. Jika ini dapat terealisasi pada 2010, maka optimis jumlah penawaran terhadap sukuk global berbasis proyek akan semakin bersinar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2020, Menuju Less Cash Society (JemberPost.Net, 15 November 2019)

KENITU (Radar Jember, Perspektif, 17 April 2010, Hlm. 1)

Belajar dari Wu Da Ying (1) (Jawa Pos Radar Jember, Perspektif, 7 Juli 2017, Hlm. 21 & 31)