Membangun Ekonomi Perempuan untuk Indonesia Sejahtera (Radar Jember, 13 Desember 2008)

Oleh: Naurah Najwa Hairrudin*
Kongres Perempuan tanggal 22 Desember 1928 menjadi inspirasi bagi perempuan Indonesia untuk ikut ambil bagian dalam perjuangan kemerdekaan. Setelah 80 tahun berselang, perempuan Indonesia kini masih dituntut untuk kembali memperjuangkan kemerdekaan, yaitu kemerdekaan dari himpitan ekonomi diri, keluarga, dan masyarakat.
Peringatan Hari Ibu bukan sekedar hari istimewa dimana para suami dan anak-anak membebaskan para Ibu dari tanggung jawab domestik dan memberikan hadiah berupa kado, bunga, ataupun puisi. Hari Ibu di Indonesia sesungguhnya memiliki filosofi yang dalam terkait dengan perjuangan perempuan dalam memperbaiki kesejahteraan bangsa.

Bagi bangsa Indonesia, Hari Ibu merupakan momentum bersejarah yang menandai tonggak pergerakan perempuan dalam perjuangan kemerdekaan. Dalam kongres wanita tanggal 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta, kemerdekaan Indonesia menjadi pokok bahasan gerakan perempuan saat itu. Mereka berkumpul dan bertekat untuk menyatukan organisasi-organisasi wanita ke dalam satu wadah demi mencapai kesatuan gerak perjuangan untuk Indonesia Raya.

Pada kongres wanita yang ketiga di Bandung tahun 1938, para perempuan penggerak menetapkan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu. Mengingat maknanya yang dalam, Presiden Soekarno pada 16 Desember 1959 lalu mengeluarkan Dekrit Nomor 316 Tahun 1959 yang menetapkan Hari Ibu sebagai Hari Nasional.

Setelah 80 tahun berselang, gerakan perempuan kini tampaknya masih tidak bisa lepas dari perjuangan kemerdekaan. Jika dulu perjuangan kemerdekaan terkait dengan upaya melepaskan diri dari penjajahan, kini perempuan masih dituntut pula untuk berjuang melepaskan diri dari himpitan ekonomi diri, keluarga, dan masyarakat.

Ketertinggalan Ekonomi Perempuan
Di bidang ekonomi, perempuan Indonesia masih mengalami banyak ketertinggalan. Rendahnya akses perempuan dalam ekonomi ditandai dengan rendahnya akses perempuan terhadap lembaga keuangan. Partisipasi perempuan di pasar tenaga kerja meskipun cukup meningkat, namun persentasenya juga masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan angkatan kerja laki-laki. Selain itu, dalam struktur angkatan kerja, perempuan lebih banyak yang memiliki tingkat pendidikan rendah dibanding laki-laki.

Dalam mengakses perkreditan, perempuan pengusaha masih relatif lebih kecil. Meskipun cukup sulit mendapatkan data perempuan pengusaha yang mengakses bank untuk permodalan, namun diperkirakan akses perempuan untuk memperoleh kredit masih sekitar 11 persen.

Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2003, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan berkisar 45 persen. Angka ini lebih rendah bila dibandingkan dengan TPAK laki-laki yang berkisar 76 persen. Pada Februari 2006, TPAK perempuan naik menjadi 48,63 persen. Namun, angka ini masih cukup rendah dibandingkan dengan laki-laki yang sebesar 84,74 persen.

Dalam lingkup industri kecil, sebagian besar perempuan atau sekitar 95 persen adalah lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Padahal, 45 persen lebih dari tenaga kerja Indonesia adalah perempuan. Meskipun perempuan mengambil porsi lebih dari 45 persen dari seluruh tenaga kerja, namun mereka mendapat upah rata-rata hanya 70 persen dibandingkan upah laki-laki. Dalam area perdagangan, tenaga kerja perempuan mengambil porsi 50 persen. Sementara dalam area industri, tenaga kerja perempuan sekitar 40 persen di perkotaan dan 50 persen di perdesaan. Di sektor informal yang umumnya tidak memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang tinggi dan khusus, sebagian besar perempuan lebih banyak berkiprah dibandingkan laki-laki.

Selama 2004-2006, angka pengangguran terbuka di Indonesia meningkat, baik untuk laki-laki maupun perempuan. Namun, angka pengangguran perempuan masih melampaui angka pengangguran laki-laki. Pada 2006, angka pengangguran perempuan sekitar 13,72 persen dan angka pengangguran laki-laki sekitar 8,58 persen.

Walaupun perempuan telah berpartisipasi dalam angkatan kerja, tetapi akses terhadap informasi, sumber daya ekonomi, dan peluang pasar belum setara dengan laki-laki. Selain itu, permasalahan dalam pemberdayaan ekonomi perempuan di lapangan usaha jauh lebih kompleks dibanding laki-laki.

Membangun Ekonomi Perempuan
Dari data di atas, dapat dilihat bahwa pembangunan ekonomi perempuan Indonesia masih relatif rendah. Secara garis besar, beberapa hal yang menyebabkan rendahnya pembangunan ekonomi perempuan, antara lain: masih adanya berbagai praktik diskriminasi terhadap perempuan, ketimpangan struktur sosial-budaya masyarakat, tingginya tindak kekerasan terhadap perempuan, dan paradigma berpikir yang sempit tentang keberadaan perempuan.

Tidak bisa dimungkiri, perempuan pun jika diberi kesempatan akan mampu memberikan kontribusi ekonomi yang tidak kalah dengan laki-laki. Keberanian dan sumbangan perempuan dalam ekonomi Indonesia tercermin dari perjuangan jutaan perempuan Indonesia yang bekerja sebagai tenaga kerja wanita (TKW) di luar negeri. Meskipun belum ada data yang menunjukkan berapa pastinya kontribusi perempuan dalam menambah devisa negara, namun harus diakui, kiprahnya untuk melepaskan diri dari himpitan ekonomi diri dan keluarga ternyata memberi multiplier effect bagi perekonomian negeri ini.

Atas dasar itu, seruan untuk membangun ekonomi perempuan Indonesia jangan sekedar gerakan moral semata. Tanpa harus mengenyampingkan kodrat perempuan sebagai seorang ibu dan istri, perempuan pun perlu diberdayakan untuk menjadi mandiri dalam ekonomi. Perubahan paradigma berpikir tidak hanya diserukan pada kaum laki-laki, tapi juga pada diri kaum perempuan itu sendiri. Perlu kesadaran bersama untuk membangun motivasi dan memberi kesempatan bagi perempuan untuk berdikari dan mengembangkan diri sesuai dengan kapasitasnya. Dengan kealamiahannya yang penuh kasih sayang, keibuan, dan kebesaran hati untuk berkorban pada anak dan suami, maka perempuan pun bisa memberi warna dan makna untuk Indonesia sejahtera. Selamat Hari Ibu!

Komentar

  1. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

2020, Menuju Less Cash Society (JemberPost.Net, 15 November 2019)

KENITU (Radar Jember, Perspektif, 17 April 2010, Hlm. 1)

Belajar dari Wu Da Ying (1) (Jawa Pos Radar Jember, Perspektif, 7 Juli 2017, Hlm. 21 & 31)