Sengonisasi, Dari Lumajang Untuk Masa Depan (Radar Jember, 21 Oktober 2008)

Oleh: Khairunnisa Musari*

Awal Oktober ini, Lumajang memperoleh pujian dari Menteri Kehutanan (Menhut) atas program sengonisasi yang dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab). Menhut menilai, sengonisasi di Lumajang sangat sukses karena tidak hanya membantu pemerintah dalam melaksanakan program penghijauan, tetapi juga membantu masyarakat setempat dalam peningkatan kesejahteraan.

Sengonisasi adalah program penghijauan dengan menanam pohon sengon jenis albasia. Diperkirakan ada sekitar 400 hektar lahan di Lumajang yang ditanami pohon sengon jenis ini. Meskipun pohon jenis ini memiliki kelemahan mudah patah bila diterjang angin, namun masyarakat Lumajang terbukti cukup mampu mengeliminirnya. Oleh karena itulah, Perusahaan Umum (Perum) Perhutani menargetkan dalam waktu 5 tahun ke depan akan ada sekitar 2.500 hektar hutan di Lumajang yang ditanami pohon sengon.

Seiring kian maraknya sengonisasi, tak heran jika di Lumajang kini berjamuran pabrik-pabrik pengolahan pohon sengon. Kehadiran pabrik-pabrik tersebut tentu memiliki nilai strategis karena mampu menyerap tenaga kerja setempat. Hal ini pulalah yang menjadi dasar pujian Menhut terhadap Kabupaten Lumajang karena mampu menghijaukan lahan sekaligus menggeliatkan ekonomi masyarakat.

Penyeimbang ekosistem dunia
Hutan di Indonesia diperhitungkan sebagai salah satu paru-paru dunia. Artinya, hutan Indonesia memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dunia. Peran ini kian besar diemban Indonesia mengingat keadaan hutan di sejumlah negara yang ikut diperhitungkan sebagai paru-paru dunia ternyata terus berkurang nilai strategisnya karena dikalahkan oleh kepentingan ekonomi kapitalis. Hutan terluas di Amerika Serikat (AS), Kanada, Brasil, dan beberapa negara lain mengalami deforestasi. Meskipun hal yang sama terjadi pula di Indonesia, namun kondisi hutan di Indonesia dipandang masih relatif lebih baik dibanding negara-negara tersebut.

Cara pandang bahwa nilai hutan hanya sebagai penghasil kayu telah mengakibatkan hutan mengalami kerusakan yang parah. Sebuah literatur menunjukkan bahwa nilai kayu dari hutan hanya memberikan kontribusi sekitar 7 persen dari keseluruhan nilai hutan. Sebagian besar nilai hutan sebenarnya justru terletak pada nilai hasil nonkayu, seperti rotan, tanaman obat, getah, madu, dan yang paling penting adalah jasanya sebagai penyeimbang ekosistem.

Dapat dikatakan, hutan pada dasarnya merupakan penopang penting sistem kehidupan. Jasa lingkungan yang diberikan hutan mencakup perannya sebagai sumber air, keanekaragaman hayati, udara bersih, keseimbangan iklim, keindahan alam, dan kapasitasnya dalam asimilasi lingkungan.

Deforestasi
Fakta menunjukkan deforestasi terus berlangsung di Indonesia. Meskipun angkanya cenderung fluktuatif, sektor kehutanan di Indonesia boleh dikata berada pada titik nadir. Puluhan industri kehutanan telah menutup usahanya karena ketiadaan bahan baku. Besarnya kebutuhan bahan baku industri yang mencapai sekitar 63 juta meter kubik per tahun tidak mampu dipenuhi oleh hutan alam dan kebun kayu yang hanya mampu menyuplai kurang dari 20 persen dari total kebutuhan. Angka ini belum lagi termasuk 25 juta meter kubik kebutuhan kayu bagi masyarakat Indonesia.

Lebih jauh, deforestasi terjadi akibat pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya hutan yang tidak didasarkan pada kaidah-kaidah tata kelola hutan yang benar (forest governance). Ditambah dengan aspek penegakan hukum yang lemah dan inkonsistensi pengambil kebijakan dalam meletakkan kehutanan sebagai ekosistem lindung bagi kepentingan nasional yang berkelanjutan, menjadikan kondisi hutan terus terpuruk. Kerusakan bahkan juga terjadi di hutan konservasi dan hutan lindung.

Lumajang, hari ini dan esok
Tidak bisa dipungkiri, sektor kehutanan merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Keberadaan hutan dan hasil hutan yang strategis harus dikelola secara arif dan bijaksana. Hutan dan hasil hutan harusnya jangan dipandang sekedar sebagai komoditi ekonomi, tetapi juga sebagai bagian dari penyeimbang ekosistem.

Dalam hal ini, Lumajang melalui program sengonisasinya memiliki kesempatan untuk menjadi inspirasi bagi sektor kehutanan di Indonesia. Pemkab perlu memikirkan bagaimana menyusun cetak biru yang mengarahkan pembangunan sektor kehutanan yang berkelanjutan di Lumajang. Adapun agenda cetak biru tersebut perlu mengangkat pendekatan hutan rakyat dengan prinsip-prinsip social foresty, diversifikasi sumber bahan baku industri perkayuan, pengembangan produk kayu bernilai tinggi, pengembangan cluster industri kehutanan berbasis wilayah, peningkatan partisipasi masyarakat untuk mengontrol hutan, pengembangan dan percepatan pembangunan hutan tanaman industri pada kawasan hutan nonproduktif yang tidak merusak lingkungan, pembinaan industri kehutanan primer, pengembangan hasil hutan nonkayu dan jasa lingkungan, serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menunjang peningkatan produktivitas sektor kehutanan.

Ke depan, jika Pemkab dapat menangkap betapa mendesaknya upaya-upaya intens untuk membangun sektor kehutanan yang berkelanjutan guna mengatasi ancaman global warming, tentu program sengonisasi ini merupakan tapak awal yang sangat baik. Bermula dari sebuah program sengonisasi, Lumajang dapat menawarkan diri untuk menjadi pilot project bagi pembangunan sektor kehutanan berkelanjutan di Indonesia. Melalui sengonisasi, Lumajang dapat menjadi secercah harapan bagi kita semua. Tidak saja untuk hari ini, tapi juga esok. Dari Lumajang untuk masa depan...

Komentar

  1. Seperti kita lihat juga di jember,
    Sengon merupakan tanaman alternatif untuk memanfaatkan lahan kurang produktif dan lahan kritis.
    Utamanya jenis sengon solomon jaguar, pertumbuhannya cepat sekali.

    Tersedia bibit sengon solomon jaguar di:
    Jl. Seriti, Gendir, kelurahan Banjarsengon, patrang, jember. Jatim

    Telp:
    0856-4900-4535
    081-249-757-424

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KENITU (Radar Jember, Perspektif, 17 April 2010, Hlm. 1)

2020, Menuju Less Cash Society (JemberPost.Net, 15 November 2019)

Kebangkitan Sukuk sebagai Instrumen Moneter (Harian Bisnis Indonesia, 25 November 2011)