Paper untuk Seminar dan Simposium Internasional Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) di Unair, 1-2 Agustus 2008

Alhamdulillah, 2 paper saya lolos seleksi dalam rangka Seminar dan Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI). Paper berjudul "Epistemologi Ekonomi Islam terhadap Subsidi BBM di Indonesia" akan dipresentasikan 1-2 Agustus. Dan "Islamic Good Governance: Nilai Etik-Religius dan Sistem Manajemen Mutu Islami" akan masuk proceeding dan akan diterbitkan dalam Buku Rampai Ekonomi Islam di Indonesia. Semoga bermanfaat dan bisa ikut menyumbang pemikiran untuk perkembangan ekonomi Islam di Indonesia...
JUDUL:
Epistemologi Ekonomi Islam terhadap Subsidi BBM di Indonesia

BIDANG KAJIAN:
Ekonomi Makro Islami

ABSTRAKSI
Krisis keuangan Indonesia terjadi salah satunya diakibatkan oleh kekhilafan perencanaan tujuan pembangunan yang terlalu mementingkan pembangunan ekonomi, bukan pada pembangunan manusia. Untuk itu, dibutuhkan aspek etik-religius yang membawa pesan-pesan moral yang mengedepankan penghormatan atas nama kemanusiaan.

Indonesia yang kini berada dalam cengkeraman debt-trap dan culture-trap sulit melepaskan diri dari hegemoni liberalisasi, globalisasi, dan pasar-bebas yang merupakan wujud baru dari imperialisme baru. Disempowerment dan impoverishment terjadi di negeri ini. Pembangunan di Indonesia secara nyata bukan menggusur kemiskinan, tetapi justru menggusur orang miskin.

Epistemologi Islam menyempurnakan pengetahuan yang dicapai oleh indra dan akal manusia dengan wahyu yang merupakan kalamullah. Di tengah-tengah hegemoni pemikiran-pemikiran liberal dan konvensional lain yang banyak dianut pengambil kebijakan negeri, terdapat sejumlah kebijakan yang sesungguhnya membawa maslahat namun justru dipandang secara konseptual sebagai sebuah distorsi. Kesalahan kebanyakan dari kita adalah membela paradigma pemikiran-pemikiran tersebut. Paradigma yang lahir dari pikiran-pikiran manusia kerap dijadikan parameter kebenaran. Inilah pentingnya epistemologi ekonomi Islam untuk mentransformasi kalamullah sebagai pijakan berpikir dan berperilaku untuk merekonstruksi paradigma ekonomi yang berbenturan dengan nurani.

Ekonomi Islam berpegang teguh bahwa negara memiliki tanggung jawab untuk menjamin pemenuhan kebutuhan dasar seluruh warganya. Oleh karena itu, subsidi menjadi kewajiban jika terdapat warga yang membutuhkan. Dalam konteks ini, pemerintah Indonesia sebenarnya memiliki tanggung jawab sosial untuk memberikan subsidi. Hal ini mengingat bahwa sebagian besar rakyat Indonesia masih membutuhkan intervensi pemerintah.

Terkait dengan subsidi BBM, jelas pemerintah memiliki kewajiban moral lebih kepada warga negara. Hal ini mengingat bahwa BBM merupakan wujud lain dari ‘api’ yang dalam epistemologi ekonomi Islam merupakan kebutuhan dasar masyarakat di mana masyarakat berserikat di dalamnya.

Ke depan, tentu semua sepakat bahwa subsidi harus dihilangkan. Dihilangkannya subsidi tentu harus dikarenakan sudah tidak adanya lagi warga yang membutuhkan subsidi. Itu artinya, rakyat Indonesia sudah mandiri dan mampu berdaya dalam ekonominya.

Untuk saat ini, jelas hal tersebut belum bisa terwujud. Sebab, ekonomi rakyat yang berada di sekitar garis kemiskinan masih cukup besar. Jika penyelamatan APBN adalah sebuah kebenaran, maka penyelamatan APBN harus dinomorduakan karena potensi terciptanya kerusakan di masyarakat akibat kenaikan harga BBM tetap lebih besar. Untuk itu, pemerintah harus membuat perencanaan dan kebijakan yang komprehensif agar masyarakat ke depan tidak bergantung dengan subsidi BBM dan tidak terancam kehidupannya jika terjadi pengurangan atau penghapusan subsidi. Jelas, dibutuhkan cetak biru dan strategi agar masyarakat berdaya dan berangsur melepaskan diri dari subsidi BBM. Untuk itu, pembangunan haruslah menempatkan manusia sebagai substansial dan bukan residual. Pembangunan manusia haruslah menjadi target utama pembangunan.

Kata Kunci: Subsidi BBM, Energi, Epistemologi Ekonomi Islam
JUDUL
Islamic Good Governance: Nilai Etik-Religius dan Sistem Manajemen Mutu Islami

BIDANG KAJIAN
Perkembangan Studi Ekonomi Islam

ABSTRAKSI
Tata kelola manajemen adalah hal yang tak terpisahkan dalam membangun perekonomian individu, organisasi, maupun negara. Untuk memperoleh keberkahan dan kesejahteraan dunia akherat, tentu penciptaan tata kelola manajemen tidak bisa melepaskan diri dari Sang Pencipta itu sendiri. Ekonomi Islam berepistemologi dengan wahyu sebagai kalam Allah yang dielaborasi dengan pemikiran-pemikiran manusia untuk menghasilkan sebuah proses perencanaaan, pengorganisasian, pengawasan, pengendalian, dan perbaikan yang bermaslahat.

Tata kelola manajemen Islami dalam kajian ini menawarkan sembilan piranti nilai etik-religius, prinsip-prinsip, dan desain generik sistem manajemen mutu Islami yang mengarahkan organisasi untuk membangun Islamic good governance. Penciptaan Islamic good governance sesungguhnya sudah bermula dari Allah itu sendiri yang kemudian dicerminkan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Piranti nilai etik-religius, prinsip-prinsip, dan desain generik sistem manajemen mutu Islami dalam kajian ini hanyalah setitik pemikiran yang mencoba mengelaborasi kalamullah dengan teori dan empirik ciptaan manusia menjadi sebuah pendekatan yang rekonstruktif untuk mentransformasi nilai-nilai Islam ke dalam sebuah paradigma yang objektif, rasional, dan berwawasan.

Kata Kunci: manajemen islam, epistemologi ekonomi islam, good governance, etik-religius, sistem manajemen mutu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KENITU (Radar Jember, Perspektif, 17 April 2010, Hlm. 1)

2020, Menuju Less Cash Society (JemberPost.Net, 15 November 2019)

Kebangkitan Sukuk sebagai Instrumen Moneter (Harian Bisnis Indonesia, 25 November 2011)